Bertahan Lima Dekade, Begini Nasib Kawasan Lapak Pakaian Bekas di Purwokerto
Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Yusuf Assidiq
Karto Utomo memajang pakaian bekas di lapaknya. | Foto: Idealisa Masyrafina
REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Hampir lima dekade, Gang Satu di Jalan Jenderal Suprapto, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, menjadi wilayah mata pencaharian puluhan orang dalam menjajakan pakaian bekas. Kini, penjual yang bertahan di sana hanya tersisa hitungan jari.
Salah satu penjual baju bekas, Riswono (57 tahun), telah puluhan tahun berjualan baju bekas di gang tersebut. Seingatnya, kawasan ini telah ada sejak 1977. "Dulu ada tiga puluhan orang yang jualan di sini, sekarang cuma tinggal tujuh orang," ujar Riswono.
Warga Karanggintung ini berjualan berbagai macam pakaian bekas, seperti baju, celana, jaket, sepatu, hingga tas bekas. Biasanya Riswono mendapatkan pakaian bekas dengan jemput bola ke rumah-rumah.
Seringkali ia juga mendapatkan pakaian bekas dari orang-orang yang mengenal usahanya. Bahkan ia bisa mendapatkan pakaian bekas dari Cilacap, Banjarnegara, hingga Wonosobo. "Ada juga yang saya beli karena kasihan, orangnya bilang butuh uang buat beli beras. Padahal pakaiannya nggak layak jual lagi," katanya.
Banyak juga yang datang di lapak kecilnya itu untuk menjual pakaian dalam jumlah banyak ketika akan pindah dari Purwokerto. Kemudian pakaian bekas yang didapatkannya tersebut dipajang di lapaknya tersebut.
Harganya pun bervariasi, dari Rp 5.000 hingga Rp 75 ribu. Pembeli biasanya adalah anak-anak sekolah yang kalau beruntung mendapatkan pakaian bekas bermerek yang nantinya dijual lagi secara online.
Sayangnya, kini lapaknya perlahan mulai sepi. Pandemi semakin menggerus pembeli. "Penghasilan sekarang Rp 50-60 ribu per hari, kadang-kadang nol," kata Riswono.
Penjual pakaian bekas yang paling sepuh di sana adalah Karto Utomo. Kakek berusia 80 tahun tersebut telah berjualan pakaian bekas selama 50 tahun. Awalnya, Karto berkeliling dengan gerobak untuk menjajakan pakaian bekas.
Baru dua puluh tahun belakangan ini ia berjualan di Gang Satu. Pendapatannya per hari pun nyaris nihil. "Kalau ramai bisa sampe Rp 100 ribu, tapi sudah jarang. Sekarang sepi terus," jelasnya.
Akan tetapi pagi itu seorang calon pembeli sudah mulai memilih-milih pakaian bekas yang dijajakan oleh Karto. Pembeli bernama Mujiono (35 tahun) merupakan langganan di kawasan tersebut.
Ia mengaku tidak masalah membeli pakaian bekas untuk dipakai sehari-hari, karena membantunya untuk lebih irit. Seringkali ia banyak mendapatkan pakaian yang masih dalam kondisi bagus.
Apalagi ia bisa membantu para penjual pakaian bekas di kawasan tersebut. "Kalau beruntung bisa dapat barang bermerek di sini," kata Mujiono.