Rabu 20 Apr 2022 14:38 WIB

Taiwan Laporkan Kematian Anak Pertama karena Covid-19

Kematian anak pertama terjadi saat Taiwan capai angka tertinggi Covid.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Orang-orang yang memakai masker untuk melindungi diri dari penyebaran virus corona menunggu untuk menyeberang jalan di Taipei, Taiwan, Rabu, 13 April 2022. Taiwan melaporkan kematian pertama seorang anak berusia dua tahun karena Covid-19 pada Selasa (19/4/2022) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Chiang Ying-ying
Orang-orang yang memakai masker untuk melindungi diri dari penyebaran virus corona menunggu untuk menyeberang jalan di Taipei, Taiwan, Rabu, 13 April 2022. Taiwan melaporkan kematian pertama seorang anak berusia dua tahun karena Covid-19 pada Selasa (19/4/2022) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Taiwan melaporkan kematian pertama seorang anak berusia dua tahun karena Covid-19 pada Selasa (19/4/2022) waktu setempat. Kematian anak pertama terjadi di tengah kasus yang ditularkan secara lokal mencapai angka tertinggi sepanjang masa yakni 1.626.

Mayoritas kasus dilaporkan di Taiwan Utara, khususnya di New Taipei City, Taipei, Taoyuan dan Keelung. Kondisi kesehatan anak laki-laki berusia dua tahun itu memburuk tak lama setelah dia mulai menunjukkan gejala.

Baca Juga

"Dia tidak sadarkan diri dan mengalami demam tinggi saat tiba di rumah sakit," kata sebuah rumah sakit Kota New Taipei dalam sebuah pernyataan seperti dilansir laman Strait Times, Rabu (20/4/2022).

Sebelumnya, tidak ada kematian terkait Covid-19 yang tercatat pada pasien berusia di bawah 30 tahun. Setelah melewati angka 1.500 kasus harian, Taiwan berencana menggelar karantina rumah untuk kasus yang dikonfirmasi dengan gejala ringan.

Menteri Kesehatan Chen Shih-chung mengatakan, hal ini dilakukan sebagai upaya menghindari rumah sakit dan fasilitas karantina yang terlalu padat. Rumah sakit akan fokus pada mereka yang memiliki gejala parah.

"Sepuluh kota dan kabupaten memulai karantina rumah baru-baru ini, dan warga Taiwan lainnya akan mengikutinya dalam waktu seminggu," katanya.

Ini adalah gelombang penularan domestik kedua dan yang lebih serius yang dialami Taiwan sejak pandemi dimulai pada 2020. Lonjakan dimulai pada akhir Maret, tumbuh dari 15 kasus pada 24 Maret dan melonjak menjadi lebih dari 1.000 per hari sejak 15 April.

Gelombang pertama berlangsung dari Mei hingga Agustus tahun lalu. Jumlah kasus harian tertinggi tercatat 476 pada Juni tahun lalu.

Terlepas dari lonjakan kasus saat ini, aturan karantina wajib Taiwan telah dilonggarkan untuk pelancong luar negeri dan mereka yang melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi. Masa karantina telah dipotong dari 14 hari menjadi 10 hari, dan orang-orang tidak perlu dikarantina di hotel jika mereka dapat melakukannya sendiri di rumah.

Frekuensi pengujian juga telah dikurangi. Mulai Rabu, mereka yang telah melakukan kontak dengan kasus yang dikonfirmasi hanya akan diuji satu kali pada hari karantina berakhir, bukan setidaknya empat kali dalam 17 hari. Hal yang sama berlaku untuk mereka yang telah memasuki Taiwan dari luar negeri. Kedua kelompok akan diberikan satu tes cepat antigen jika mereka mengalami gejala setelah masa karantina berakhir.

"Alat tes cepat sangat diminati sejak kasus lokal mulai melonjak pada awal April, mendorong pemerintah untuk merencanakan skema penjatahan yang akan diluncurkan pada awal Mei," kata Chen pada pengarahan reguler di parlemen pada hari Senin.

Hingga Selasa, Taiwan memiliki 37.710 kasus Covid-19 dan 856 kematian sejak pandemi dimulai pada Januari 2020. Hampir 80 persen populasi telah menerima dua dosis vaksin, sementara sekitar 56 persen telah menerima suntikan booster.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement