Rabu 20 Apr 2022 15:38 WIB

Debat Terakhir Kandidat Presiden Prancis Sebelum Pemungutan Suara

Debat akan berlangsung pada pukul 19.00 malam waktu setempat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Seorang wanita melewati halaman depan majalah yang menjadi headline pada duel antara Presiden Prancis dan kandidat tengah untuk pemilihan kembali Emmanuel Macron dan pemimpin sayap kanan Marine Le Pen dalam pemilihan presiden, Kamis, 14 April 2022 di Paris.
Foto: AP/Francois Mori
Seorang wanita melewati halaman depan majalah yang menjadi headline pada duel antara Presiden Prancis dan kandidat tengah untuk pemilihan kembali Emmanuel Macron dan pemimpin sayap kanan Marine Le Pen dalam pemilihan presiden, Kamis, 14 April 2022 di Paris.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Pejawat Presiden Emmanuel Macron dan kandidat dari sayap kanan Marine Le Pen akan berhadapan dalam debat Rabu (20/4/2022). Masyarakat Prancis akan menentukan siapa yang akan memimpin Prancis selama lima tahun ke depan pada Ahad (24/4/2022) mendatang.

Bagi Le Pen yang masih dibelakang Macron di jajak pendapat, debat ini menunjukkan sikapnya sebagai presiden. Ia harus menyakinkan pemilih untuk tidak takut bila ekstrem kanan berkuasa.

Baca Juga

"Ketakutan satu-satunya argumen yang dicoba presiden saat ini dan untuk tetap berkuasa dengan segala cara," kata Le Pen dalam video kampanye terbarunya, Selasa (19/4/2022) kemarin. Ia menuduh Macron menakut-nakuti masyarakat bila sayap kanan yang berkuasa.

Sementara itu bagi Macron tantangan terbesarnya adalah agar tidak terdengar arogan. Sesuatu yang kerap dikritik pemilih. Ia juga harus mencari celah dari rencana kebijakan Le Pen dan memainkan pengalamannya setelah lima tahun berkuasa.

Debat yang akan berlangsung pada pukul 19.00 malam waktu setempat itu hanya dilakukan para kandidat. Macron dan Le Pen sudah bersaing untuk jabatan presiden sejak 2017 lalu. Debat itu menjadi bencana bagi Le Pen yang anti-imigran dan anti-Eropa.

Le Pen mencampur adukan catatannya dan kehilangan pijakannya. Sementara Macron tampil menyakinkan dan memastikan pada pemilih ia pantas menjadi presiden. Tidak banyak yang berubah sejak itu.

Walaupun bersaingannya masih sama tapi hasil pemilihan lebih tidak bisa diprediksi. Macron yang pro-Uni Eropa masih unggul di jajak pendapat. Tapi Le Pen dapat menyerang rekam jejak Macron selama berkuasa lima tahun terakhir.

Ia juga dapat memperbaiki debatnya, Le Pen sendiri mengakui debat tahun 2017 merupakan kegagalan. Sementara sulit bagi Macron untuk mengulang hasil gemilang lima tahun lalu.

Namun Macron masih memiliki amunisi untuk menjatuhkan Le Pen. Dengan tumbangnya kandidat ekstrim kanan Eric Zemmour maka Le Pen kehilangan pesaing yang membuatnya terlihat lebih moderat.

Rendahnya angka pengangguran dalam 13 tahun terakhir dan performa baik ekonomi Prancis juga bisa menjadi aset bagi Macron dalam debat nanti. Sementara Le Pen memiliki cacat karena pernah menyuarakan kekagumannya pada Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kedua kandidat tampaknya mengincar suara dari simpatisan partai kiri yang masih mengambang. Le Pen kesulitan menjelaskan rencananya untuk melarang hijab di semua ruang publik. Macron dihadapkan dengan penolakan kenaikan usia pensiun.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement