REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peternak sapi khawatir, wabah Lumpy Skin Disease (LSD), penyakit kulit yang telah masuk ke Indonesia dan menjangkit ternak di Riau dapat berdampak besar pada tingkat produksi sapi. Terlebih lagi, LSD pertama kali ditemukan di Riau memiliki posisi strategis dalam lalu lintas ternak di wilayah Sumatera.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Nanang Subendro, mengatakan, sebelumnya tidak terdapat kasus LSD di daerah sekitar Riau sehingga ada dugaan terbawa oleh proses perdagangan ilegal dari Malaysia.
"Saya sangat khawatir dengan keberadaan ini karena potensi kerugian ekonomi ini memang pasti karena bisa menyebabkan kematian pada sapi," kata Nanang dalam webinar Pataka, Rabu (20/4/2022).
Ia pun menekankan, provinsi Lampung yang berdekatan dengan Riau juga harus mendapatkan perhatian. Pasalnya, Lampung menjadi salah satu sentra sapi. Di satu sisi, impor sapi bakalan dari Australia juga banyak yang masuk melalui Lampung.
Menurut Nanang, jika wabah tak dapat dikontrol, bukan tidak mungkin, Australia sebagai pemasok tunggal sapi bakalan bagi Indonesia akan menyetop ekspornya. "Ini dampaknya akan luar biasa dan saya yakin bisa terjadi pengurasan penyebaran sapi sehingga keinginan swasembada akan makin jauh," ujarnya.
Namun di sisi lain, ia juga menyampaikan LSD tidak menular ke manusia. Jika ternak yang terjangkit tidak parah, daging masih layak dikonsumsi.
"Tapi program vaksinasi harus dilakukan segera dan penting untuk melakukan penyemprotan ke kandang maupun sarana transportasi," kata dia.
Ketua Umum Perhimpinan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Muhammad Munawaroh, menuturkan, wabah LSD sejatinya sudah mulai menyebar di kawasan Afrika, Timur Tengah, dan Eropa sejak 2012. Kemudian, menyebar ke China, Bangladesh dan India mulai 2019 dan masuk ke Thailand, Kamboja, Laos, Malaysia mulai 2021.
Tahun ini, LSD resmi dinyatakan masuk ke Indonesia dan Singapura. Senada dengan Nanang, ia mendorong vaksinasi massal agar segera dilakukan. "Vaksinasi paling penting untuk mencegah penyakit ini cuma masalahnya di Indonesia," kata dia.