Kamis 21 Apr 2022 04:19 WIB

Survei: Pemilu 2024 Ditentukan Kekuatan ‘Satu Warna Dua Bendera’

Dua kekuatan tersebut tak lain adalah kekuatan Islam dan militer.

Red: Agus Yulianto
Director Research of IndoNarator, Harsam mengatakan, dua kekuatan tersebut tak lain adalah kekuatan Islam dan militer satu warna ‘hijau’ dan dua bendera.
Foto: Istimewa
Director Research of IndoNarator, Harsam mengatakan, dua kekuatan tersebut tak lain adalah kekuatan Islam dan militer satu warna ‘hijau’ dan dua bendera.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peta kekuatan politik pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang kini mulai terbaca. Kendati begitu, hanya ada dua kekuatan dominan yang bakal menentukan hasil akhir politik elektoral.

Director Research of IndoNarator, Harsam mengatakan, dua kekuatan tersebut tak lain adalah kekuatan Islam dan militer satu warna ‘hijau’ dan dua bendera. 

“Kami mengistilahkan dwi kekuatan politik ini dengan sebutan ‘satu warna dua bendera’,” demikian kata Harsam dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (20/4).

Menurut Harsam, pembacaan peta kekuatan politik Indonesia sejak awal kemerdekaan terutama di periode awal kemerdekaan hingga orde baru selalu menempatkan militer dan terutama Islam sebagai kekuatan determinan.

Pengaruh Islam dan militer, ujar Harsam bisa dihubungkan baik itu dalam konteks mempertahankan negara dari rongrongan kolonialisme, menjaga spirit nasionalisme hingga mengisi pembangunan bangsa.

“Dari pengalaman historis kita mendapati satu bukti empirik bahwa militer dan terutama Islam memainkan peran strategis dalam menjaga keutuhan bangsa. Sebut saja Presiden Soekarno yang kala itu mendesak Jenderal Soedirman untuk memberikan fatwa bagi umat Islam untuk mempertahankan kemerdekaan menimbang kekuatan militer kita kala itu belum begitu memadai,” jelas Harsam.

Tidak sampai di situ, Harsam juga mengatakan, peran Islam juga terlihat pada rentetan perjuangan mempertahankan kemerdekaan mulai dari peristiwa pertempuran Surabaya, Bandung Lauatan Api dan peristiwa penting lainnya yang menempatkan peran penting ulama dalam semangat resolusi jihad.  

Apalagi menurut dia, Islam dan militer juga pernah memiliki riwayat panjang dalam hal bersama-sama menumpas kekuatan antinasionalisme yang kala itu salah satunya direpresentasikan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI).

Menimbang jejak historis itu, lanjut dia, kemenangan besar akan tercipta manakala dua kekuatan tersebut kembali menyatu. Ia lebih lanjut menilai kemungkinan bersatunya dua bendera sangat mungkin terjadi.

“Kita tahu bahwa Islam dan militer pernah memiliki sejarah panjang melawan kekuatan negatif terhadap keutuhan NKRI kala itu, maka itu tidak menutup kemungkinan sejarah itu akan kembali terulang,” ungkapnya.

Dia juga menambahkan, dalam situasi kerentanan ketahanan nasional akibat eskalasi konflik global yang salah satunya dipicu perang Rusia-Ukraina, menjadi momentum penting bagi kedua unsur kekuatan politik untuk kembali memperkuat sabuk kedaulatan negara serta menjaga keutuhan bangsa.  

“Untuk itu, menurut analisis kami, Islam dan militer kemungkinan akan kembali dalam satu kekuatan yang utuh-padu dalam proses electoral politics pada Pemilu 2024 mendatang,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement