Kamis 21 Apr 2022 06:50 WIB

Jerman tak Ungkapkan Semua Senjata yang Dikirim ke Ukraina

Pakar menilai Ukraina membutuhkan sistem artileri Panzerhaubitze 2000.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Puing-puing benda tak dikenal setelah ledakan di Kiev, Ukraina, 24 Februari 2022. Presiden Rusia mengizinkan operasi militer khusus di wilayah Donbass Ukraina. Pasukan Rusia memasuki Ukraina sementara Presiden negara itu Volodymyr Zelensky berbicara kepada bangsa itu untuk mengumumkan pemberlakuan darurat militer.
Foto: EPA-EFE/MIKHAIL PALINCHAK
Puing-puing benda tak dikenal setelah ledakan di Kiev, Ukraina, 24 Februari 2022. Presiden Rusia mengizinkan operasi militer khusus di wilayah Donbass Ukraina. Pasukan Rusia memasuki Ukraina sementara Presiden negara itu Volodymyr Zelensky berbicara kepada bangsa itu untuk mengumumkan pemberlakuan darurat militer.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN  -- Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan Berlin memilih tidak mengungkapkan semua senjata yang dikirim untuk membantu Ukraina. Ia menambahkan Jerman akan membantu memelihara sistem pertahanan canggih yang mungkin akan Kiev beli dan melatih pasukan mereka untuk menggunakannya.

"Kami telah mengirimkan rudal anti-tank, Stinger dan alat-alat lain yang tidak pernah kami sampaikan ke publik sehingga pengiriman ini dapat dilakukan dengan cepat," kata Baerbock  dalam konferensi pers di Riga, Latvia, Rabu (20/4/2022).

Baca Juga

Dalam kesempatan itu ia ditanya apakah Jerman akan mengirimkan Panzerhaubitze 2000. Ia mengatakan Jerman akan melatih pasukan Kiev dalam menggunakannya dan memelihara sistem pertahanan yang lebih canggih yang mungkin dimiliki dari negara sekutu lain.

"Bila mitra-mitra mengirimkan artileri yang tidak bisa lagi kami kirimkan, kami akan membantu dengan pelatihan dan pemeliharaan," katanya.

Para pakar menilai Ukraina membutuhkan sistem artileri Panzerhaubitze 2000 untuk melawan balik pasukan Rusia di wilayah Donbas. Rusia sudah menyampaikan ultimatum ke pasukan Ukraina di Mariupol untuk segera menyerah atau mati pada Rabu sore.

Namun komandan unit yang yakin bisa mempertahankan kota yang terkepung itu mengatakan pasukannya dapat bertahan hidup dalam hitungan hari atau jam. PBB mengatakan sejak invasi Rusia pada 24 Februari lalu sudah 5 juta orang Ukraina mengungsi. Lebih dari setengahnya adalah anak-anak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement