Kamis 21 Apr 2022 06:44 WIB

AS: Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua Rusia Bukan Ancaman

Rusia mengklaim uji coba rudal balistik antarbenua ini sukses dilakukan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Rusia dan Amerika Serikat (ilustrasi). Amerika Serikat tidak menganggap uji coba rudal balistik antarbenua yang dilakukan oleh Rusia sebagai ancaman.
Foto: Euromaidan Press
Bendera Rusia dan Amerika Serikat (ilustrasi). Amerika Serikat tidak menganggap uji coba rudal balistik antarbenua yang dilakukan oleh Rusia sebagai ancaman.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Rusia memberi tahu rencana mereka menguji rudal balistik antarbenua atau intercontinental ballistic missile (ICBM) kepada Amerika Serikat (AS). Washington telah menerima pemberitahuan tersebut dan tidak menganggapnya sebagai ancaman.

“Rusia secara pantas memberitahu AS di bawah kewajiban perjanjian New START (Treaty on Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms) bahwa mereka berencana menguji ICBM ini,” kata Sekretaris Pers Pentagon John Kirby kepada awak media, Rabu (20/4/2022).

Baca Juga

Menurut Kirby, pengujian semacam itu rutin dan tidak mengejutkan. “Pentagon tidak menganggap pengujian itu sebagai ancaman bagi AS atau sekutu-sekutunya,” ujarnya.

Dia menekankan, saat ini fokus AS adalah pada agresi tidak beralasan dan melanggar hukum Rusia terhadap Ukraina. Komentar Kirby muncul tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa negaranya akan melakukan pengujian ICBM Sarmat. Putin mengatakan, peluncuran itu akan membuat musuh Rusia “berpikir dua kali” untuk mengancam negaranya.

Meskipun Kirby telah mengatakan bahwa tes ICBM itu bukan ancaman bagi AS atau sekutunya, seorang pejabat senior pertahanan AS mengungkapkan, retorika dari Rusia “tidak membantu”. “(Putin) mengatakan sendiri bahwa ada pesan yang akan diterima dalam hal ini, dan terus terang, kami menemukan retorika itu tidak membantu mengingat konteks saat ini," ucapnya.

Pejabat tersebut mengkritik Putin dan Rusia atas uji coba ICBM tersebut. “Ini bukan hal yang kami harapkan dari kekuatan nuklir yang bertanggung jawab, terutama di lingkungan saat ini,” ujarnya.

Bulan lalu AS menangguhkan proses uji coba ICBM-nya. Alasannya karena Washington tidak menghendaki eskalasi ketegangan akibat invasi Rusia ke Ukraina.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement