REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Rusia memberi tahu rencana mereka menguji rudal balistik antarbenua atau intercontinental ballistic missile (ICBM) kepada Amerika Serikat (AS). Washington telah menerima pemberitahuan tersebut dan tidak menganggapnya sebagai ancaman.
“Rusia secara pantas memberitahu AS di bawah kewajiban perjanjian New START (Treaty on Measures for the Further Reduction and Limitation of Strategic Offensive Arms) bahwa mereka berencana menguji ICBM ini,” kata Sekretaris Pers Pentagon John Kirby kepada awak media, Rabu (20/4/2022).
Menurut Kirby, pengujian semacam itu rutin dan tidak mengejutkan. “Pentagon tidak menganggap pengujian itu sebagai ancaman bagi AS atau sekutu-sekutunya,” ujarnya.
Dia menekankan, saat ini fokus AS adalah pada agresi tidak beralasan dan melanggar hukum Rusia terhadap Ukraina. Komentar Kirby muncul tak lama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa negaranya akan melakukan pengujian ICBM Sarmat. Putin mengatakan, peluncuran itu akan membuat musuh Rusia “berpikir dua kali” untuk mengancam negaranya.
Meskipun Kirby telah mengatakan bahwa tes ICBM itu bukan ancaman bagi AS atau sekutunya, seorang pejabat senior pertahanan AS mengungkapkan, retorika dari Rusia “tidak membantu”. “(Putin) mengatakan sendiri bahwa ada pesan yang akan diterima dalam hal ini, dan terus terang, kami menemukan retorika itu tidak membantu mengingat konteks saat ini," ucapnya.
Pejabat tersebut mengkritik Putin dan Rusia atas uji coba ICBM tersebut. “Ini bukan hal yang kami harapkan dari kekuatan nuklir yang bertanggung jawab, terutama di lingkungan saat ini,” ujarnya.
Bulan lalu AS menangguhkan proses uji coba ICBM-nya. Alasannya karena Washington tidak menghendaki eskalasi ketegangan akibat invasi Rusia ke Ukraina.