REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah (YPPH) Depok menggelar ujian akhir terbuka untuk tingkat Sekolah Mengenah Pertama (SMP) Putri, pada Rabu (20/4). Kegiatan itu dihadiri seluruh civitas pendidikan pesantren, tamu undangan, hingga wali santri. Kegiatan terlaksana di aula gedung Sekolah Pemimpin.
Ujian akhir terbuka ini merupakan puncak dari rangkaian ujian sejak Januari lalu, di mana 33 santriwati kelas 9 menempuhnya dengan beberapa tahapan. Terasa spesial, sebab kegiatan ini merupakan angkatan pertama SMP Integral Hidayatullah Putri kampus utama Depok. Kegiatan juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan dari kelas 7 dan 8 seperti, Tarian Ratoh Jaroe, dan Nasyid.
Dalam taujihnya, Ketua Yayasan Pesantren Hidayatullah Depok Ustadz Lalu Mabrur mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga atas terlaksananya kegiatan tersebut. Terkhusus kepada para asatidzah, ia berterima kasih karena telah melaksanakan pendidikan dengan sebaik-baiknya. “Kehadiran sekolah SMP Putri ini menjadi cita-cita kami di Yayasan,” kata Ustadz Lalu Mabrur dalam sambutannya, Rabu (20/4).
Sebagaimana visinya, kata Ustadz Lalu, mewujudkan generasi Muslimah yang unggul dan menjadi kebanggaan umat, ia berharap hadirnya sekolah putri dapat menjawab permasalahan bangsa. “Apalagi mengingat generasi saat ini banyak yang jauh diri nilai agama,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Di akhir sambutannya, atas nama Yayasan, Ustadz Lalu mohon didoakan agar di tahun depan dapat mewujudkan jenjang pendidikan Madrasah Aliyah (MA).
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Sekolah SMP Integral Hidayatullah Putri, Ustadzah Sarah Zakiyah mengakui banyak mengambil pelajaran dari amanah yang diembannya persis tiga tahun silam.
Quran Surah Al-Jumu'ah ayat 2 menjadi menjadi pedoman yang dipegang teguh bersama timnya ketika membangun SMP Integral Hidayatullah Putri. Model pembelajaran yang mengintegrasikan antara Tauhid, Alquran, Sains dan Teknologi menjadi pola utama pendidikan yang dipilih.
Kepada 33 santriwati yang mengikuti ujian, Ustadzah Sarah mengingatkan seraya mengutip sebuah syair: Siapa yang tidak sabar dalam menghadapi getirnya menuntut ilmu, maka ia tidak akan meraih kemuliaan di dalamnya.
“Anak kami, angkatan pertama, terima kasih anak-anakku, tidak kami lepas dalam doa, tidak kami lepas ketika mereka melakukan kesalahan. Keridhaan Allah atas kalian, anak-anak salehah kebanggaan umat Islam,”ujarnya.
Ustadzah Sarah kemudian menjelaskan bahwa ujian yang dilakukan tidak hanya terjadi sehari dua hari, tapi sejak masuk semester dua kelas 9 telah melewati berbagai tahapan ujian.
Pertama, membuat makalah Sirah Nabawiyah dan mempresentasikannya. Kedua, menyusun penelitian sederhana Tauhid STEAM (Science Technology Engineering Art Matemathic) yang saat presentasi pengujinya dari luar. Ketiga, karantina setoran hafalan Alquran sekaligus terjemahan perkata (lafdziyyah) sebanyak 1 juz. Keempat, Ujian Sirah Nabawiyah, Quran Teori dan Aplikasi Ghorib Tajwid dan setoran 42 hadits Arba’in Annawawi.
Sebanyak 33 santriwati angkatan pertama ini punya tingkat hafalan Alquran yang berbeda. Hal itu dinyatakan setelah mereka mengikuti ujian. Mulai dari 10 juz, sampai paling sedikit 3 juz.
Usatadzah Sarah menyampaikan rasa terima kasih yang luar bisa kepada semua orang tua wali santri. “Kepercayaan Ayah Bunda kepada kami, inilah modal utama kami tetap berjalan,” ungkapnya.
Sementara itu, selama pelaksanaan ujian, peraih nilai tertinggi hafalan Quran adalah Putri Hana Salwa; Quran Lafdziyah adalah Qonita Muna Salimah; Quran Teori dan Aplikasi Ghorib Tajwid adalah Siti Maysaroh dan Nurul Izzah Shahab; Hadits Arbain adalah Annida Nurul Fadhilah; dan Sirah Nabawi adalah Annisa Mumtaz. Mereka mendapatkan Mushaf Alquran dari Kerajaan Arab Saudi dan seri lengkap buku Sirah Nabawiyah dari Kita Production.