Kamis 21 Apr 2022 14:21 WIB

Djokovic Kritik Larangan Petenis Rusia Tampil di Wimbledon

Djokovic kecam keputusan penyelenggara yang larang petenis Rusia dan Belarusia

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Novak Djokovic mengecam keputusan penyelenggara yang melarang petenis Rusia dan Belarusia tampil dalam turnamen Wimbledon tahun ini. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Mark Baker
Novak Djokovic mengecam keputusan penyelenggara yang melarang petenis Rusia dan Belarusia tampil dalam turnamen Wimbledon tahun ini. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Novak Djokovic mengecam keputusan penyelenggara yang melarang petenis Rusia dan Belarusia tampil dalam turnamen Wimbledon tahun ini sebagai reaksi atas invasi di Ukraina. Petenis nomor satu dunia itu mengaku tidak membenarkan perang, tetapi melarang atlet berkompetisi dianggapnya sebagai hal yang tidak adil.

"Saya akan selalu mengutuk perang, saya tidak akan pernah mendukung perang karena saya sendiri adalah anak perang," kata Djokovic dalam acara ATP di Beograd seperti dikutip AFP, Kamis (21/4/2022).

Baca Juga

"Saya tahu berapa banyak trauma emosional yang ditinggalkan. Di Serbia, kita semua tahu apa yang terjadi pada 1999. Di Balkan, kita mengalami banyak perang dalam sejarah baru-baru ini. Namun, saya tidak bisa mendukung keputusan Wimbledon, saya pikir itu gila. Pemain, tenis, atlet tidak ada hubungannya (perang). Kalau politik mencampuri olahraga, hasilnya tidak bagus," paparnya.

All England Lawn Tennis Club (AELTC) yang menyelenggarakan Wimbledon menyatakan pihaknya bertindak demikian untuk membatasi pengaruh global Rusia dengan cara sekuat mungkin. Namun, asosiasi tenis putra dan putri, ATP dan WTA, juga mengkritik larangan tersebut dengan mengatakan keputusan itu tidak adil dan sangat mengecewakan.

Petenis Rusia Daniil Medvedev yang merupakan saingan terdekat Djokovic dalam peringkat dunia, menggagalkan petenis berusia 34 tahun itu menyabet gelar Grand Slam di final US Open tahun lalu. Djokovic baru bermain dalam turnamen ketiganya musim ini di ibu kota Serbia setelah dideportasi dari Australia menjelang Australian Open karena status vaksinasi Covid-19. Juara Grand Slam 20 kali itu mengalahkan Laslo Djere 2-6 7-6 (8/6) 7-6 (7/4) pada babak kedua, Rabu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement