REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dikabarkan melontarkan suara keras ke penasehat keamanan nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan. Hal ini dilakukan ketika Sullivan bertanya tentang pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.
Peristiwa itu terjadi ketika keduanya pertama kali bertemu di istana tepi pantai pangeran berusia 36 tahun itu September tahun lalu. Rincian disebutkan dalam sebuah artikel Wall Street Journal (WSJ) kemarin, tentang bagaimana hubungan AS-Saudi telah mencapai "titik puncak".
"Meskipun penguasa de facto Arab Saudi tampak bersikap santai dengan mengenakan celana pendek selama pertemuan, dia akhirnya meneriaki Sullivan setelah dia mengangkat isu pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi pada 2018," lapor surat WSJ seperti dikutip laman Middle East Monitor, Kamis (21/4/2022). "Pangeran memberi tahu Sullivan bahwa dia tidak pernah ingin membahas masalah itu lagi," imbuh laporan itu.
WSJ mengutip orang-orang yang akrab dengan diskusi tersebut. MBS mengatakan, bahwa AS bisa melupakan permintaannya untuk meningkatkan produksi minyak.
Insiden ini menggarisbawahi retaknya hubungan antara Washington dan Riyadh sejak MBS diangkat sebagai Putra Mahkota pada 2017. Optimisme awal dan hubungan positif yang dia nikmati selama pemerintahan Presiden AS Donald Trump memudar setelah pembunuhan Khashoggi pada 2018 di Konsulat Saudi di Istanbul.
Biden sejak itu mengambil sikap yang lebih keras terhadap catatan hak asasi manusia Kerajaan dan perang Yaman di mana koalisi yang dipimpin Saudi telah terlibat sejak Maret 2015. MBS pun mengisyaratkan putusnya hubungan dengan Washington bulan lalu dalam sebuah wawancara dengan The Atlantic.
Ia memperingatkan AS untuk tidak ikut campur dalam urusan internal monarki absolut Saudi. Ketika ditanya apakah Biden salah memahami hal-hal tentang dia, dia berkata: "Sederhananya, saya tidak peduli. (Terserah Biden) untuk memikirkan kepentingan Amerika."
Komentator rezim pro-Saudi Ali Shihabi menilai ada ketegangan antara kedua sekutu, namun ia menolak bahwa MBS adalah penyebabnya. "Ada ketegangan antara AS dan Saudi tetapi permintaan untuk pengakuan oleh Biden atas 'klaim [Bin Salman] untuk mewarisi tahta' tentu saja BUKAN salah satunya," katta Shihabi. "(Bin Salman) adalah penerus yang ditunjuk secara hukum yang akan mewarisi tahta dan AS tidak memiliki masukan untuk itu."