REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 telah selesai melaksanakan pertemuan yang kedua pada Rabu (20/4) di Washington DC, Amerika Serikat. Atas undangan Kepresidenan Indonesia, Menteri Keuangan Ukraina menghadiri pertemuan ini bersama dengan negara undangan lainnya, serta organisasi internasional dan regional.
Dalam pertemuan ini, Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 melanjutkan pembahasan agenda pada pertemuan sebelumnya di Februari 2022 di Jakarta. Pertemuan fokus pada empat agenda utama, yakni ekonomi global dan risikonya, isu kesehatan global, arsitektur keuangan internasional, dan keuangan berkelanjutan.
Dalam keterangan pers BI, Kamis (21/4), anggota G20 menyatakan keprihatinan mendalam tentang krisis kemanusiaan dan dampak ekonomi yang dihasilkan. Di samping itu, anggota G20 berbagi pandangan bahwa perang dan tindakan yang menyertainya telah dan akan semakin menghambat proses pemulihan global.
"Negara-negara berpenghasilan rendah dan rentan akan paling terpengaruh karena masih menghadapi tantangan lain yang belum selesai seperti akses vaksin yang terbatas, ruang fiskal yang sempit, dan kerentanan utang yang tinggi," tulis keterangan pers. .
Dampaknya negara-negara di seluruh dunia harus turut membayar biaya tinggi dari perang ini. Dalam sesi konferensi pers, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan, anggota G20 menekankan peran krusial G20 sebagai forum kerja sama ekonomi internasional, untuk mengatasi tantangan ekonomi dunia yang kompleks.
Maka dari itu, para anggota juga mendukung langkah penyesuaian terhadap agenda yang sedang berjalan guna menanggulangi dampak ekonomi dari perang. Sambil tetap menjaga komitmen untuk mencari solusi bagi tantangan global yang telah berlangsung lama. "Agar dunia pulih kembali dengan kuat secara berkelanjutan, inklusif, dengan pertumbuhan yang seimbang," katanya.
Sebagai pemegang Presidensi G20 saat ini, Indonesia membuka dialog untuk meraih konsensus dalam isu-isu penting yang memengaruhi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Untuk mencapainya, Indonesia mengadopsi sejumlah prosedur yang telah disepakati sejak presidensi-presidensi sebelumnya.
Hal tersebut di antaranya memili ki kewajiban untuk mengundang seluruh anggota G20 ke dalam pertemuan dan mengawal diskusi secara efektif demi mencari solusi yang melibatkan suara semua anggota. Indonesia telah menerima dukungan penuh dari anggota untuk bekerja sama mengatasi tantangan global.
Dengan semangat multilateralisme, para anggota dapat mencapai konsensus di pertemuan kedua FMCBG hari ini. Menanggapi kondisi ekonomi global terkini, anggota G20 menyampaikan kekhawatiran tentang tekanan inflasi yang lebih luas dan persisten.
Kondisi ini akan menyebabkan beberapa bank sentral menaikkan kebijakan suku bunga mereka yang pada gilirannya akan mengakibatkan pengetatan likuiditas global yang lebih cepat dari perkiraan. G20 menyatakan pentingnya memenuhi komitmen pada bulan Februari mengenai strategi keluar yang terkalibrasi, terencana, dan dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung pemulihan dan mengurangi potensi limpahan (spillover).