Kamis 21 Apr 2022 21:04 WIB

Puasa Maryam Ibunda Nabi Isa yang tak Sekadar Tahan Makan dan Minum

Maryam ibunda Nabi Isa alaihissalam melakukan puasa juga dari berbicara

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi Maryam ibunda Isa alahimassalam. Maryam ibunda Nabi Isa alaihissalam melakukan puasa juga dari berbicara
Foto: Pixabay
Ilustrasi Maryam ibunda Isa alahimassalam. Maryam ibunda Nabi Isa alaihissalam melakukan puasa juga dari berbicara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ternyata, Allah SWT mensyariatkan puasa kepada Maryam, wanita suci yang mengandung Nabi Isa alaihissalam. Peristiwa ini bahkan diabadikan dalam Alquran, yang bahkan terdapat surah khusus yang diberi nama Surat Maryam.

Ustaz Ahmad Sarwat dalam buku Sejarah Puasa mengatakan, meski Allah SWT mensyariatkan puasa kepada Maryam, namun bentuk atau tata cara puasa yang dilakukan Maryam bukan sekadar tidak makan dan tidak minum. 

Baca Juga

Lebih dari itu, syariatnya menyebutkan untuk tidak boleh berbicara kepada manusia. Dalam Alquran Surat Maryam ayat 26, Allah SWT berfirman: 

فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا

“Fakulliy wasyrobiy wa qarriy ainan fa-imma tarayinna minal-basyari ahadan faquli inniy nadzartu lirrahmani shauman falan ukallima al-yauma insiyyan.” 

Yang artinya, “Maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia manapun.” 

Dan karena sedang berpuasa yang tidak membolehkan makan, minum, dan berbicara itulah maka ketika Siti Maryam ditanya tentang siapa ayah dari putera yang ada di gendongannya, Maryam saat itu tidak menjawab dengan perkataan.

Maryam hanya menunjuk kepada Nabi Isa, anaknya itu, lalu Nabi Isa yang masih bayi itu pun menjawab semua pertanyaan kaumnya.

Hal ini sebagaimana diabdikan dalam Alquran Surat Maryam ayat 28-30. Allah SWT berfirman: 

يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا

“Ya ukhta Harun maa kaana abuki-mra-a sau-in wa maa kaanat ummuki baghiyyan fa-asyaarat ilaihi qaaluu kaifa nukallimu man kaana fil-mahdi shabiyyan qaala Abdullahi aataaniyal-Kitaba wa ja’alaniy nabiyyan.” 

Yang artinya, “Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina’. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?’ Berkata Isa; ‘Sesungguhnya aku ini hamba Allah, dia memberiku Al-Kitab dan Dia menjadikan aku seorang Nabi.”     

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement