REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Seorang anggota parlemen Rusia mengusulkan untuk mengambil secara paksa darah tawanan perang. Darah orang Ukraina tersebut rencananya akan digunakan untuk merawat warga sipil dan tentara Rusia yang terluka dalam invasi ke negara tetangganya itu.
Sergey Leonov, anggota parlemen dari Duma, telah membuat usulan seperti itu, menurut laporan Euromaidan Press pada Rabu (20/4/2022) malam. Menurut Leonov, hanya orang yang memungkinkan untuk sembuh saja yang akan mendapatkan transfusi darah.
"Tentu saja, kita berbicara tentang donor yang masuk akal, dan hanya untuk mereka yang kesehatannya memungkinkan yang akan mendapatkannya," kata Leonov, dilansir laman NY Times Post, Kamis (21/4/2022).
Menurut seorang pejabat NATO yang berbicara kepada NBC dengan syarat anonim pada awal April, ada sekitar 40 ribu tentara Rusia terbunuh, terluka, ditangkap, atau hilang. Antara 7.000 dan 15 ribu tentara diperkirakan tewas dalam perang di Ukraina sejak invasi diluncurkan pada 24 Februari, menurut para pejabat NATO.
Sementara itu, setidaknya 2.072 warga sipil telah tewas dan 2.818 terluka di Ukraina sejauh ini dalam perang melawan Rusia, menurut perkiraan PBB. Angka sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi.
"Lebih dari 4,9 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain, dengan lebih dari 7 juta lebih mengungsi," kata badan pengungsi PBB, dikutip Anadolu Agency, Kamis (21/4/2022).
Sementara itu, Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, pada Kamis (21/4/2022) berjanji untuk mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina. Hal ini diungkapkan Frederiksen ketika berkunjung ke Kiev bersama Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez, untuk bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelenskyy.
"Kami bermaksud mengirimkan lebih banyak senjata ke Ukraina karena itulah yang paling dibutuhkan," kata Frederiksen kepada saluran TV2 Denmark saat dia berjalan di sekitar kota yang dikelilingi oleh tentara bersenjata.