REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris pada Kamis (21/4) menjatuhkan sanksi baru terhadap para jenderal Rusia, individu, serta bisnis yang mendukung militer. Menteri Luar Negeri Liz Truss mengatakan, sanksi baru ditetapkan setelah serangan baru Rusia di Ukraina timur dan pengeboman yang disengaja terhadap infrastruktur kritis dan warga sipil di Mariupol.
Truss mengatakan, Inggris menjatuhkan gelombang baru 26 sanksi yang menargetkan aktor pertahanan. Sanksi tersebut menargetkan jenderal besar Rusia, termasuk Letnan Kolonel Azatbek Omurbekov, Kolonel Jenderal Andrey Serdyukov, Mayor Jenderal Valery Flyustikov, dan Kolonel Jenderal Nikolay Bogdanovsky.
Sementara individu yang terkena sanksi antara lain CEO perusahaan logistik vital Russian Railways, Oleg Belozyorov, dan anggota parlemen Ukraina yang membelot, Ilya Kiva. Kiva secara terbuka mendukung tindakan Rusia di Ukraina.
"Kebobrokan serangan Rusia terhadap rakyat Ukraina jelas terlihat oleh semua orang. Mereka sengaja menargetkan rumah sakit, sekolah, dan pusat transportasi di Mariupol dan sekitarnya, seperti yang mereka lakukan di Chechnya dan Suriah,” kata Truss, dilansir Anadolu Agency.
Truss mengatakan, Inggris akan terus mendukung Ukraina dan meminta pertanggungjawaban Presiden Vladimir Putin. Truss menambahkan, Pemerintah Inggris akan terus menggunakan sanksi untuk melumpuhkan ekonomi Rusia, dan mendukung perlawanan Ukraina yang berkelanjutan.
“Sejauh ini, Inggris telah memberikan sanksi lebih dari 900 miliar poundsterling aset global dari bank, dan memberi sanksi kepada oligarki dan keluarga mereka dengan kekayaan bersih sekitar 200 miliar poundsterling," ujar Truss.
Truss mengatakan, sejak 10 Maret Rusia telah berulang kali menjatuhkan amunisi pada infrastruktur sipil. Termasuk gedung pemerintah sipil, rumah sakit, sekolah, dan simpul transportasi.
“Kesimpulan pemerintah Inggris adalah bahwa ini adalah penargetan yang disengaja berdasarkan jenis sasaran sipil yang diserang, frekuensi serangan, volume amunisi, dan penargetan berulang di lokasi yang sama pada hari-hari berturut-turut," ujar Truss.