REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak kecil, Futri Zulya dan Zita Anjani sering sekali mendengar cerita tentang perjuangan keras sang ayah menjalani kehidupannya. Mulai dari masa kecil yang sulit di sebuah desa di Lampung Selatan, hingga ia merantau ke ibu kota hanya berbekal satu buah ransel dan sedikit perhiasan dari ibundanya.
Kisah hidup sang ayah yang kini menjabat Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tersebut pun menggugah Futri dan Zita untuk menuangkannya dalam sebuah buku berjudul Rantau. Buku tersebut sedianya akan dijadikan kado ulang tahun Sang Ayah, Zulkifli Hasan, yang lahir pada 31 Agustus. Namun, karena satu dan lain hal buku bertajuk Rantau baru dapat dirilis pada Kamis (21/4/2022).
"Awalnya kita tuh sering banget diceritain soal kisah hidup papih (Zulkifli Hasan), bagaimana masa kecilnya dia harus berjuang. Lalu pas adik kita yang paling kecil mau sekolah ke New York, kita mikir apa nggak kita buat aja cerita papih ini ke dalam buku. Yang mengisahkan gimana dia berjuang saat merantau ke Jakarta. Ini juga sekaligus sebagai kado ulang tahunnya," ujar Zita yang dapat peran menuliskan kisah Zulkifli kecil dalam buku Rantau, saat berbicara dihadapan media, Kamis.
Zita mengatakan, ia ingin kisah ayahnya tersebut dapat menjadi inspirasi banyak perantau agar tak mudah menyerah. Semua yang diceritakan dalam buku Rantau bahkan menurutnya, sudah dikonfirmasi secara langsung dengan banyak saksi mata di desa tempat Zulkifli Hasan tumbuh di Lampung Selatan.
Hal senada disampaikan Futri. Putri sulung mantan ketua MPR tersebut berharap kisah perantauan ayahnya, dapat menjadi semangat bagi para generasi muda yang membacanya. Dimana kegigihan dan kerja keras akan membuahkan hasil yang luar biasa.
"Dari buku ini kita bisa lihat, ada loh anak dari perantauan di daerahnya padahal belum ada listrik kadang suka bertemu buaya atau hewan buas lain. Tapi dengan kegigihan dan kerja kerasnya ternyata berhasil," kata Futri yang mengaku menghabiskan lebih dari lima tahun menggarap buku tersebut bersama adiknya.
Namun, meski memakan waktu lama ia yakin kisah dalam buku bisa membawa nilai positif bagi pembacanya. Kisah Zulkifli Hasan dalam buku ini mengajarkan bagaimana proses seorang anak, dari yang bukan apa-apa kini menjadi orang yang sukses dalam berbisnis hingga politik.
"Buku ini mengajarkan proses. Kalau mau sesuatu harus berjuang dan mau berkorban. Jangan lupa berdoa pada Allah SWT," ungkap Futri.
Hal lain yang juga ia petik dari perjalanan hidup ayahnya adalah soal kegigihan. Zulkifli, menurut Futri, kerap mengajarkan anak-anaknya untuk selalu gigih dalam memperjuangkan apa yang diimpikan. Tak perlu gengsi melakukan sesuatu asalkan baik.
"Apapun yang kita kerjakan kalau gigih dan bekerja keras maka akan membuahkan hasil. Nggak usah gengsi, dulu Papih bahkan mengawali usahanya dari berjualan enskiklopedia dan nggak laku," katanya.
Buku Rantau akan mengajarkan tentang perjuangan. Bahwa segala hal di dunia ini tak bisa diraih dengan mudah. Harus gigih dan bekerja keras, serta tak lepas dari tuntunan agama.