Jumat 22 Apr 2022 16:10 WIB

Ukraina Butuh 7 Miliar Dolar AS per Bulan untuk Perbaikan Ekonomi

Ukraina membutuhkan 7 miliar dolar AS per bulan untuk memulihkan ekonomi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan, negaranya membutuhkan 7 miliar dolar AS per bulan untuk memulihkan ekonomi.
Foto: Ukrainian Presidential Press Office via AP
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan, negaranya membutuhkan 7 miliar dolar AS per bulan untuk memulihkan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan, negaranya membutuhkan 7 miliar dolar AS per bulan untuk memulihkan ekonomi. Zelenskyy menyampaikan pidatonya di pertemuan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia melalui tautan video.

Dalam pidatonya Zelenskyy mengatakan, Rusia harus dikeluarkan dari semua lembaga keuangan internasional. Selain itu, pajak khusus perang harus diterapkan untuk Rusia.

Baca Juga

“Kita perlu terus memblokir aset dan perwakilan elit Rusia, setelah itu agresor lainnya, harus membayar karena melanggar stabilitas global,” ujar Zelenskyy, dilansir Anadolu Agency, Jumat (22/4/2022).

Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgieva, mengatakan, lembaga keuangan internasional merilis World Economic Outlook pada Selasa (19/4). Dalam rilis tersebut diperkirakan PDB Ukraina akan turun sekitar 40 persen.

“Kami memperkirakan bahwa selama 2-3 bulan ke depan sekitar 5 miliar dolar AS per bulan mungkin diperlukan, untuk memungkinkan pemerintah dan ekonomi terus beroperasi di tengah perang,” kata Georgieva.  

“Jadi, lebih banyak pendanaan eksternal diperlukan, terutama pendanaan lunak dan hibah yang pencairannya cepat," kata Georgieva menambahkan.

Menurut perkiraan PBB, setidaknya 2.345 warga sipil telah tewas dan 2.919 terluka di Ukraina sejak perang dimulai pada 24 Februari. Sementara, lebih dari 5 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement