Jumat 22 Apr 2022 18:56 WIB

Pangsa Pasar Bank Syariah Tembus 6,65 Persen, OJK: Harus Rasional

Pangsa pasar perbankan syariah tercatat sebesar Rp 681,95 triliun.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Perbankan syariah.  (ilustrasi)
Foto: Republka
Perbankan syariah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan pangsa pasar perbankan syariah telah mencapai 6,65 persen per Februari 2022. Pangsa pasar perbankan syariah tercatat sebesar Rp 681,95 triliun yang terdiri dari 65,47 persen Bank Umum Syariah (BUS), 32,03 persen Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebesar 2,5 persen.

Kepala Departemen Pengawas Bank Syariah, Jasmi menyampaikan perlunya merasionalkan marketshare tersebut. Meski telah terlepas dari jebakan pangsa lima persen, Jasmi menilai tidak mudah untuk mencapai nilai 20 persen atau bahkan 10 persen.

Baca Juga

"Kita harus rasional, meski aset di perbankan konvensional tidak bertumbuh tetap Rp 10.297 triliun dan andai sekalipun bank syariah tumbuh 100 persen itu juga belum tentu terkejar pangsa lebih besar, rasionalitas itu perlu kita bangun juga," katanya dalam Media Briefing OJK, Jumat (22/4/2022).

Menurutnya, OJK lebih fokus pada pertumbuhan positif yang berkualitas sehingga peran dan kontribusi perbankan syariah bisa lebih signifikan. OJK konsisten menjaga industri dengan baik agar kualitasnya semakin positif pada kesejahteraan masyarakat.

Dari sisi pangsa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan pembiayaan, nilai pangsanya lebih tinggi yakni masing-masing 7,23 persen sebesar Rp 543,11 triliun, dan 7,18 persen sebesar Rp 423,46 triliun. Jasmi menyebut, bank syariah juga terus menunjukkan performa yang baik dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional.

"Dalam konteks likuiditas, pengelolaan risiko, permodalan, efisiensi, dan lainnya itu sangat oke dan punya ruang luas untuk dukung pemulihan ekonomi, tinggal tunggu //demand// masyarakat saja," katanya.

Perbankan syariah dinilai sangat siap untuk mendorong pemulihan ekonomi meski di tengah kondisi menantang karena tekanan inflasi dan ketidakstabilan ekonomi global. Likuiditas untuk penyaluran pembiayaan juga masih longgar untuk bisa dimanfaatkan oleh industri.

Per Februari 2022, rasio alat likuid per DPK tercatat 34,10 persen, naik 5,23 persen (yoy). Sementara rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 77,34 persen dan Rasio Kecukupan Modal atau CAR sebesar 22,41 persen.

Rasio pembiayaan bermasalah pun terus membaik dengan nilai 2,64 persen (gross) dan 0,99 persen (nett). Secara umum, Jasmi mengatakan industri perbankan syariah menunjukan performa yang terus positif dalam lima tahun terakhir, termasuk di masa penuh tantangan pandemi Covid-19.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement