REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) disarankan mempertimbangkan tokoh dari Nahdlatul Ulama (NU) untuk dipilih sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024 nanti.
Menurut Pendiri SMRC Saiful Mujani pada kanal Youtube SMRC TV, Kamis (21/4/2022), salah satu tokoh NU yang perlu dipertimbangkan PDIP sebagai cawapres adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Tokoh NU lainnya yang patut diamati PDIP untuk cawapres adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang cukup kuat di Jawa Timur, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
Adapun tokoh calon presiden yang disarankan Saiful Mujani untuk diajukan PDIP pada Pilpres 2024 adalah Ganjar Pranowo. Pasalnya dalam beberapa kali survei, tingkat elektabilitas Ganjar Pranowo mengalami peningkatan signifikan, mengalahkan Puan Maharani.
"Kader PDIP yang elektabilitasnya tinggi itu Ganjar (Pranowo). Karena itu kemungkinan calon presiden yang diambil PDIP adalah Ganjar Pranowo," kata Saiful Mujani dalam tayangan tersebut.
Ia menambahkan, "Pasangannya siapa? Kemungkinan diambil dari NU. Mungkin Khohifah, dia cukup kuat di Jawa Timur, kemudian Yahya Staquf mungkin. Atau kalau melihat kemampuan logistik, mungkin Erik Thohir. Atau wilayah provinsi yang pemilihnya sangat besar Jawa Barat, mungkin Ridwan Kamil."
Apalagi, menurut Saiful Mujani, PDIP memiliki jejak kerja sama dengan NU dalam hampir 20 tahun terakhir. Sejak Pilpres 2004, PDI-P selalu berpasangan dengan tokoh NU pada Pilpres. Kecuali pada Pilpres 2009.
Disebutkan, pada Pilpres 2004, capres PDIP yaitu Megawati Soekarnoputri berpasangan dengan Ketua Umum PBNU saat itu, KH Hasyim Muzadi. Lalu pada Pilpres 2014, Joko Widodo berpasangan dengan Jusuf Kalla.
Terbaru, pada Pilpres 2019 silam, Jokowi kembali maju dan berpasangan dengan tokoh NU, KH Ma'ruf Amin. Dalam dua pilpres terakhir, PDIP dengan jagoannya Jokowi selalu memenangi kontestasi.
Hanya saja, menurut Saiful Mujani, pada Pilpres 2024 nanti, PDIP tidak akan maju sendiri dalam mengajukan pasangan capres-cawapres. Mereka harus berkoalisi dengan partai-partai lain.
Namun PDIP tidak akan mungkin bisa berkoalisi dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) karena ideologinya berbeda. Sementara untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat dan Partai Nasdem yang memiliki kemiripan ideologi juga mengalami hambatan dalam hal komunikasi politik.
Dengan melihat situasi itu, maka Saiful Majani melihat pada Pilpres 2024 nanti ada tiga poros pasangan capres yang akan maju. Poros pertama adalah PDIP sebagai pemimpin. Poros ini kemungkinan bisa diperkuat PPP dan PAN supaya suasana Islam bisa masuk.
Kedua, Poros Gerindra dengan PKB. Mereka bisa saja mengajukan pasangan Prabowo Subianto dengan Muhaimin Iskandar. Ketiga, Poros Partai Golkar dengan Partai Demokrat, Partai Nasdem, dan PKS. Mereka kemungkinan mengusung Anies Baswedan yang berpasangan dengan Airlangga Hartarto.