Ahad 24 Apr 2022 13:20 WIB

Mahasiswa Fisioterapi UMM Raih Penghargaan di PIMAF 2022

Penyakit parkinson bisa mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan

Rep: wilda fizriyani/ Red: Hiru Muhammad
Dua mahasiswa Fisioterapi UMM berhasil meraih Best Speaker dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Fisioterapi (PIMAF) yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Fisioterapi Indonesia (IMFI) pada Rabu (20/4/2022) lalu. Kedua mahasiswa tersebut antara lain Syi’ar Aprillia Tanazza dan Lina Mitsalina Erawati.
Foto: istimewa
Dua mahasiswa Fisioterapi UMM berhasil meraih Best Speaker dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Fisioterapi (PIMAF) yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Fisioterapi Indonesia (IMFI) pada Rabu (20/4/2022) lalu. Kedua mahasiswa tersebut antara lain Syi’ar Aprillia Tanazza dan Lina Mitsalina Erawati.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Dua mahasiswa Fisioterapi UMM berhasil meraih Best Speaker dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Fisioterapi (PIMAF) yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Fisioterapi Indonesia (IMFI) pada Rabu (20/4/2022) lalu. Kedua mahasiswa tersebut antara lain Syi’ar Aprillia Tanazza dan Lina Mitsalina Erawati.

Perwakilan Tim, Syi’ar Aprillia mengatakan, karya tulis yang diikutsertakan pada perlombaan ini berjudul “Analisis FIntervensi Fisioterapi Pada Penyakit Parkinson Menggunakan Vosviewer”. Tulisan itu menjelaskan terkait penyakit parkinson serta cara pencegahan dan penyembuhannya. "Adapun parkinson desease  adalah penyakit yang menyerang sistem syaraf," katanya.

Baca Juga

Menurut Syi'ar, penyakit parkinson bisa mengganggu kemampuan tubuh dalam mengendalikan dan mengontrol gerakan. Selain itu, parkinson ini memiliki efek nyeri otot dan tremor pada tubuh. Penyakit ini biasanya menyerang dan diderita mereka yang berumur 50 tahun ke atas.

Syi'ar berpendapat terdapat tiga terapi parkinson, baik untuk mencegah ataupun menyembuhkan. Pertama, intervensi konvesional yang lebih memaksimalkan kemampuan fisioterapis dan latihan penguatan. Selanjutnya intervensi modern yang mengedepankan teknologi yang dapat memulihkan syaraf, salah satunya infra merah. 

Terakhir yakni intervensi music and dance yang menjadi inovasi pengobatan parkinson di Indonesia. Para pasien diajak menari dengan mengikuti irama musik yang mana memberikan efek rileks untuk syaraf. Intervensi ini bisa diaplikasikan di Indonesia dengan menggunakan tari lokal. "Itu bisa dilakukan mengingat intervensi ini baru dilakukan di Argentina dengan tari Tango,” ucapnya dalam pesan resmi  Sabtu (23/4/2022).

Mahasiswa asli Sumbawa ini menceritakan, selama presentasi, ia dan tim tidak mengalami kegugupan dan sudah menyiapkan persiapan matang. Hal ini dimulai dari pendalaman materi, penguasaan panggung hingga yang paling penting adalah upaya untuk memberikan pemahaman bagi pendengar. 

Persiapan tersebut pun tidak sia-sia, bahkan membuahkan hasil dengan predikat best speaker pada ajang PIMAF. Namun, bukan berarti keberhasilan tersebut tanpa diiringi dengan halangan. Salah satu yang ditemui adalah kurangnya penelitian terbaru yang mengkaji materi terkait.

Di akhir wawancara, ia berharap intervensi musik dan tari ini bisa dikembangkan dan diaplikasikan di Indonesia. Apalagi mengingat Indonesia memiliki budaya tari yang bermacam-macam. Halnini dapat meningkatkan kesembuhan penderita parkinson. 

Ia juga berharap semangat penelitian dan belajar tetap membara dalam diri semua mahasiswa. "Jangan pernah takut berkompetisi karena dengan ajang itulah kita bisa mengukur kemampuan diri serta mengetahui luasnya dunia. Kemudian kita bisa meningkatkan dan memperbaiki diri sehingga mampu berprestasi,” katanya.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement