REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Populi Center melakukan simulasi tertutup terhadap 10 sosok potensial dengan menanyakan kepada responden siapa paling diharapkan menjadi presiden untuk 2024. Nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo seimbang berada di urutan teratas dengan 24,0 persen.
"Dari 10 tokoh yang ditanyakan itu, Prabowo sama Ganjar mendapatkan persentase yang sama, yaitu 24,0 persen," ujar Deputi Direktur Populi Center, Rafif Pamenang Irawan dalam rilis daringnya, Ahad (24/4).
Selanjutnya adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (12,1 persen) dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (6,3 persen). Di bawahnya, ada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (5,0 persen) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (4,0 persen).
Di urutan ketujuh, ada nama Ketua DPR yang juga Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani dengan 2,4 persen. Kemudian Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan 1,4 persen.
Dua nama terakhir adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dengan 1,3 persen. Lalu, Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto sebesar 0,9 persen.
"Sebesar 15,3 persen belum memutuskan, jadi masih cukup besar yang belum memutuskan. Juga menolak menjawab pertanyaan 3,3 persen," ujar Rafif.
Kendati demikian, Populi Center juga melakukan simulasi terbuka atau top of mind terhadap elektabilitas enam sosok. Menariknya, nama Presiden Joko Widodo berada di urutan teratas dengan elektabilitas sebesar 15,5 persen.
Selanjutnya disusul oleh Prabowo (13,4 persen) dan Ganjar (11,6 persen). Tiga berikutnya adalah Anies (7,2 persen), Sandiaga (2,2 persen), dan Ridwan Kamil 2,2 persen.
Populi Center melakukan survei dengan wawancara tatap muka sejak 21 hingga 29 Maret 2022. Sebanyak 1.200 responden dipilih secara acak bertingkat dengan margin of error kurang lebih sebesar 2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Responden dipilih secara multistage random sampling, mulai dari pengacakan untuk kelurahan, rukun tetangga (RT), keluarga, hingga akhirnya mendapatkan responden terpilih. Besaran sampel di setiap wilayah dialokasikan sesuai dengan proporsi daftar pemilih tetap (DPT) data Pemilu 2019.
