Ahad 24 Apr 2022 18:05 WIB

Prancis Mulai Gelar Pemilihan Presiden Putaran Kedua

Banyak rakyat Prancis yang belum memutuskan siapa yang akan mereka pilih.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Kandidat pemilihan presiden Prancis untuk partai Front Nasional sayap kanan, Marine Le Pen, kiri, dan kandidat pemilihan presiden Prancis untuk En Marche ! gerakan, Emmanuel Macron. Prancis mulai menggelar pemungutan suara yang menentukan siapa pemimpin negara Eropa itu untuk lima tahun ke depan, pada Ahad (24/4/2022).
Foto: AP/Eric Feferberg/AFP POOL
Kandidat pemilihan presiden Prancis untuk partai Front Nasional sayap kanan, Marine Le Pen, kiri, dan kandidat pemilihan presiden Prancis untuk En Marche ! gerakan, Emmanuel Macron. Prancis mulai menggelar pemungutan suara yang menentukan siapa pemimpin negara Eropa itu untuk lima tahun ke depan, pada Ahad (24/4/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS  -- Prancis mulai menggelar pemungutan suara yang menentukan siapa pemimpin negara Eropa itu untuk lima tahun ke depan, pada Ahad (24/4/2022). Pejawat Presiden Emmanuel Macron berhadapan dengan kandidat sayap kanan Marine Le Pen.

Jajak pendapat dalam beberapa hari terakhir menunjukkan keunggulan Macron. Pakar menilai walaupun Le Pen sudah memperlembut citra dan menurunkan kebijakan-kebijakan partai National Rally yang dipimpinnya, dia masih dinilai tidak menyenangkan bagi banyak orang.

Baca Juga

Namun tidak berarti Le Pen sama sekali tidak mungkin menang mengingat tingginya angka pemilih mengambang. Banyak rakyat Prancis yang belum memutuskan siapa yang akan mereka pilih.

Jajak pendapat menunjukkan kedua kandidat tidak dapat hanya mengandalkan pendukung setia. Hasil pemilihan tergantung siapa yang lebih banyak antara para pemilih yang takut dengan kebangkitkan sayap kanan atau pemilih yang marah dengan rekam jejak Macron selama lima tahun terakhir.

Bila Le Pen menang maka Prancis turut mengalami gejolak politik seperti yang pernah dialami Inggris dengan keluarnya Britania dari Uni Eropa dan Amerika Serikat dengan kemenangan Donald Trump.

Tempat pemungutan suara dibuka pukul 08.00 pagi waktu setempat dan ditutup pukul 20.00 malam. Proyeksi kemenangan langsung disampaikan saat tempat pemungutan suara ditutup.

Di Kota Douai yang terletak di utara Prancis, pensiunan  Andrée Loeuillet, 69 tahun mengatakan ia memilih Macron seperti yang ia lakukan pada 10 Apri lalu. Macron memenangkan putaran pertama di kota itu.

"Ia banyak catat tapi ia juga memiliki kualitas, ia yang terbaik untuk melanjutkannya, kami hidup di masa yang sulit," katanya.

Macron menang telah dari Le Pen dalam pemilihan lima tahun yang lalu. Pria 44 tahun itu memperingatkan Prancis akan mengalami "perang sipil" bila Le Pen berkuasa. Le Pen berjanji akan yang melarang muslimah memakai hijab di ruang publik.

Dalam kampanyenya Le Pen fokus pada tingginya biaya hidup di perekonomian terbesar ketujuh di dunia. Banyak rakyat Prancis yang mengatakan biaya hidup semakin tinggi di tengah kenaikan harga energi global. Ia juga menyerang gaya kepemimpinan Macron yang menurutnya elitis.

"Pertanyaan pada Minggu ini sederhana: Macron atau Prancis," kata Le Pen dalam kampanye di Kota Arras, Kamis (21/4) lalu.

Pegawai negeri Pascal Pauloin yang tinggal di Desa Souille dekat Le Mans mengatakan ia memilih Le Pen. Karena kecewa dengan Macron.

"Sejujurnya saya sangat kecewa, selama beberapa tahun Prancis kami tidak bekerja dengan baik, Macron tidak melakukan apa-apa untuk kelas menengah, dan kesenjangan dengan orang kaya semakin melebar," katanya pria 56 tahun itu.

Le Pen yang dikritik karena pernah memuji Presiden Rusia Vladimir Putin, membantah tuduhan rasis. Sebab ia berencana memprioritaskan lapangan kerja dan perumahan bagi warga Prancis dan menghapus tunjangan kesejahteraan bagi orang asing terlepas agama atau asal negaranya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement