Senin 25 Apr 2022 06:13 WIB

OJK: Laju Intermediasi Perbankan Semakin Meningkat

CAR 25,8 persen, perbankan Indonesia aman menghadapi potensi risiko pada masa depan.

Rep: Novita Intan/ Red: Fuji Pratiwi
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan laju intermediasi sektor perbankan semakin meningkat.
Foto: ANTARA/Zabur Karuru
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan laju intermediasi sektor perbankan semakin meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan laju intermediasi sektor perbankan semakin meningkat. Pada Februari 2022 tumbuh 6,3 persen dengan risiko yang terkendali. 

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso mengatakan, industri perbankan Indonesia menunjukkan ketahanan pada masa pandemi Covid-19. Saat ini tingkat capital adequacy ratio (CAR) sebesar 25,8 persen, angka tersebut menunjukkan perbankan Indonesia sangat aman menghadapi potensi risiko pada masa depan

Baca Juga

"Tercatat non performing loan gross sebesar 3,1 persen," ujar Wimboh dalam keterangan resmi, Senin (25/4/2022).

Wimboh juga memaparkan pencapaian sektor pasar modal menunjukkan tren positif. Tercatat indeks harga saham gabungan (IHSG) per 14 April 2022 merupakan pencapaian tertinggi sektor pasar modal yang berada angka 7.235,53 persen (9,94 persen ytd). Adapun perolehan dana sektor pasar modal juga membaik dengan memperoleh Rp 19,21 triliun yang berasal dari 18 initial public offering (IPO) sepanjang 2022.

Kemudian industri keuangan nonbank (IKNB) turut mencatatkan stabilitasnya. Saat ini, tercatat risk based capital (RBC) asuransi jiwa dan asuransi umum sebesar 535,7 persen dan reasuransi terjaga angka 323,1 persen. 

Pertumbuhan pembiayaan dari IKNB juga membaik angka 2,43 persen. Sedangkan non performing finance (NPF) sektor IKNB stabil angka 3,25 persen. Menurut Wimboh stabilitas yang dicapai ini dapat dijadikan informasi bagi para calon investor asing yang ingin berinvestasi perusahaan-perusahaan jasa keuangan ataupun investasi sektor usaha lainnya di Indonesia.

Wimboh juga menyebut Indonesia masih memiliki potensi lain yang ditawarkan pada para investor selain kestabilan sektor jasa keuangan yakni dari segi populasi penduduk. Saat ini Indonesia memiliki populasi penduduk 274 jiwa akan memberi dampak baik terhadap pemulihan dan pertumbuhan perekonomian pada era pandemi Covid-19.

"Saya percaya, Indonesia akan menjadi nomor satu di Asia dalam ekonomi digital pada 2025 dengan target pendapatan sebesar 124 miliar dolar AS. Target ini akan memanfaatkan banyak sektor di Indonesia mulai dari pemanfaatan sumber daya alam, pertambangan, pertanian, kelapa sawit, perikanan hingga pariwisata," ucapnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement