REPUBLIKA.CO.ID, KATIKUTANA SELATAN -- Program Food Estate atau lumbung pangan Nasional di Kabupaten Sumba Tengah menorehkan hasil memuaskan. Bahkan, hasil panen padi mencapai 6,3 ton. Hasil ini mengalami peningtakan yang sangat signifikan dibandingkan dengan sebelum adanya program Food Estate.
Bupati Sumba Tengah Paulus S. K. Limu bersama wakilnya Daniel Landa melakukan panen padi menggunakan mesin panen modern Combine Harvester di Desa Wailawa, Kecamatan Katikutana Selatan, Rabu (20/4/2022) lalu. Di lahan padi seluas 2,3 hektare milik kelompok tani Mula Mila yang dipimpin oleh Michale Umbu Rolo itu, para petani mengaku sangat gembira karena hasil panen yang berlimpah.
Michael Umbu Rolo mengatakan, sebelum ada program Food Estate, hasil panen padi dalam satu hektare hanya mencapai 400-500 karung. Namun setelah adanya program Food Estate, hasil panen padi mencapai 2-3 kali lipat yaitu 1.000-1.500 karung dalam satu hektare.
“Kami sangat terbantu karena semua dapat bibit padi, dapat olah sawah, pupuk, juga bibit jagung dan kelapa, serta ternak itik, kami dapat semua dari Kementrian Pertanian,” sebut Ketua Kelopok Tani Mula Mila, Michael Umbu Rolo.
Bupati Sumba Tengah, Paulus S. K. Limu mengajak seluruh anggota kelompok tani untuk berdoa mengucap syukur kepada Tuhan. “Tuhan telah menggerakan hati Bapak Presiden Jokowi, Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Bapak Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan semua yang terlibat sehingga program Food Estate berhasil dengan sukses. Jangan lupa juga sisihkan persepuluhan dari hasil kita untuk Gereja,” sebut Buati Paulus kepada para petani di Desa Wailawa.
Food Estate Sumba Tengah menjadi program superprioritas yang dicanangkan Presiden Jokowi. Tahun 2020 total lahan yang telah ditanami mencapai 5.000 hektare dengan 3.000 hektare ditanami padi dan 2.000 hektare ditanami jagung. Tahun 2021 target tanam 10 ribu hektare di lima kecamatan.
Bantuan yang diberikan Kementan tidak hanya terbatas pada komoditas padi dan jagung namun mulai diintegrasikan dengan komoditas lain seperti kelapa, jeruk, mangga, sapi dan itik. Suwandi menyebutkan akan banyak dampak positif yang dirasakan masyarakat Sumba Tengah seperti peningkatan produksi, produktivitas, penghematan biaya usaha tani, modernisasi alsintan, penambahan infrastruktur dan peningkatan mutu hasil pertanian.
Suwandi tidak menampik ada beberapa kendala pelaksanaan di lapangan. Namun demikian telah dilakukan berbagai upaya pengendalian. “Contohnya optimalisasi sumber air untuk pertanaman 10 ribu hektare di musim kemarau, sudah terbangun 23 Sumur Bor/shollar shell (cover area 10 hektar/unit ) di tahun 2020,” ujarnya.
Kemudian dilakukan juga upaya penyediaan air antara lain membangun longstrorage atau dam parit, pemanfaatan air permukaan dari embung (lokojange) dan sungai (Laigoli, Pamalar, Harungi Jengi), teknologi pemanfaatan udara menjadi air dan upaya lainnya dari Kementerian PUPR dan pihak terkait.
Adanya serangan hama juga telah diatasi dengan dilakukan pendampingan penanganan intensif gerakan pengendalian OPT serangan hama penggerek batang, Keong Mas, Hama Putih, Kresek, WBC UGF, dan Belalang.
“Saat ini di lapangan dilakukan panen secara bertahap, capaian panen saat ini sudah mencapai 100 Hektare, hasil ubinan dengan rata-rata 5,2 ton per hektare. Direncanakan panen akan selesai awal mei 2022 ini, selanjutnya akan dilakukan persiapan lahan untuk pertanaman sorghum atau kacang hijau,” imbuhnya.
Suwandi berharap Food Estate Sumba Tengah bisa berhasil mengatasi kemiskinan yang dialami warga Sumba Tengah. “Bapak Mentan Syahrul Yasin Limpo telah menetapkan Kabupaten Sumba Tengah sebagai kawasan Food Estate, tentunya akan terus kami kawal sebagai konsep pengembangan pangan secara terintegrasi mencakup pertanian, perkebunan, dan peternakan dalam satu kawasan,” pungkasnya.