Senin 25 Apr 2022 21:05 WIB

Rusia Minta AS Berhenti Kirim Senjata ke Ukraina

Rusia minta AS tidak mengirimkan lebih banyak senjata ke Ukraina

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
 Tentara Ukraina dari Brigade Terpisah ke-103 dari Pertahanan Teritorial Angkatan Bersenjata, menembakkan senjata mereka, selama latihan, di sebuah lokasi yang dirahasiakan, dekat Lviv, Ukraina barat, Selasa, 29 Maret 2022.
Foto: AP/Nariman El-Mofty
Tentara Ukraina dari Brigade Terpisah ke-103 dari Pertahanan Teritorial Angkatan Bersenjata, menembakkan senjata mereka, selama latihan, di sebuah lokasi yang dirahasiakan, dekat Lviv, Ukraina barat, Selasa, 29 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) Anatoly Antonov mengatakan Moskow memperingatkan Washington untuk tidak mengirimkan lebih banyak senjata ke Ukraina. Hal ini disampaikan dalam wawancara Antonov dengan stasiun televisi Rusia, Rossiya 24.

"Kami menekankan penolakan pada situasi ini ketika Amerika Serikat mengguyurkan senjata ke Ukraina dan kami menuntut diakhirinya praktek ini," katanya, Senin (25/4/2022).

Baca Juga

Antonov mengatakan Rusia sudah mengirimkan notifikasi diplomasi ke AS mengenai hal ini. Ia mengatakan pasokan senjata dari AS akan memperparah situasi dan meningkatkan taruhan konflik.

Pada Ahad (24/4/2022) malam kemarin diplomat tinggi dan Menteri Pertahanan AS bertemu dengan Presiden Ukraina  Volodomyr Zelenskyy. Mereka berjanji mengirimkan bantuan baru senilai 713 juta dolar AS ke pemerintah Zelenskyy dan negara-negara lain di kawasan yang khawatir dengan agresi Rusia.

Pada awal April lalu Presiden AS Joe Biden mengumumkan bantuan militer tambahan ke Ukraina senilai 800 juta dolar AS. Washington juga akan memperluas cakupan sistem pertahanan termasuk artileri berat.

Zelenskyy sudah meminta pemimpin AS dan Eropa untuk mengirimkan lebih banyak senjata dan peralatan ke Kiev. Sudah ribuan orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi akibat invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu.

Serangan Rusia menambah kekhawatiran potensi konfrontasi antara Moskow dengan Washington. Dua negara nuklir terbesar di dunia.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan invasi yang ia sebut "operasi militer khusus" diperlukan karena AS menggunakan Ukraina untuk mengancam Rusia. Moskow juga mengakui membela masyarakat pengguna bahasa Rusia yang dipersekusi Ukraina. Sementara Kiev dan Barat mengatakan Rusia memulai perang tanpa provokasi.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement