Selasa 26 Apr 2022 12:31 WIB

Laporan PBB Ungkap Bencana Semakin Banyak Terjadi pada Masa Depan

Bencana yang terjadi di dunia semakin terhubung dan terjadi bersamaan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Sebuah jembatan runtuh di Griffiths Mxenge Highway setelah banjir, di Durban di Durban, Afrika Selatan, Rabu, 13 April 2022. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang rilis pada Senin (25/4/2022) mengatakan, dunia yang lelah akan bencana akan terpukul lebih keras di tahun-tahun mendatang.
Foto: AP Photo/Shiraaz Mohamed
Sebuah jembatan runtuh di Griffiths Mxenge Highway setelah banjir, di Durban di Durban, Afrika Selatan, Rabu, 13 April 2022. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang rilis pada Senin (25/4/2022) mengatakan, dunia yang lelah akan bencana akan terpukul lebih keras di tahun-tahun mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang rilis pada Senin (25/4/2022) mengatakan, dunia yang lelah akan bencana akan terpukul lebih keras di tahun-tahun mendatang. Bumi akan menghadapi lebih banyak lagi bencana yang bersamaan dan saling terhubung.

Jika tren saat ini berlanjut, dunia akan berubah dari sekitar 400 bencana per tahun pada 2015 menjadi sekitar 560 bencana per tahun 2030. Laporan ilmiah dari Kantor PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana menjelaskan dunia hanya mampu menerima 90 hingga 100 bencana skala menengah hingga besar setahun.

Baca Juga

Jumlah gelombang panas yang ekstrem pada 2030 akan menjadi tiga kali lipat dari 2001 dan akan ada 30 persen lebih banyak kekeringan. Laporan tersebut memperkirakan bukan hanya bencana alam yang diperparah oleh perubahan iklim, tetapi juga Covid-19, krisis ekonomi dan kekurangan pangan, dan perubahan iklim memiliki jejak besar dalam penambahan jumlah bencana.

photo
Turbin angin terlihat di depan pembangkit listrik tenaga batu bara di dekat Jackerath, Jerman pada Jumat, 7 Desember 2018. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang rilis pada Senin (25/4/2022) mengatakan, dunia yang lelah akan bencana akan terpukul lebih keras di tahun-tahun mendatang. - (AP Photo/Martin Meissner)

Kepala Kantor Pengurangan Risiko Bencana PBB Mami Mizutori mengatakan, orang-orang belum memahami jumlah banyak bencana yang telah terjadi hari ini. "Jika kita tidak mendahului kurva itu akan mencapai titik di mana kita tidak dapat mengelola konsekuensi bencana. Kita hanya dalam lingkaran setan ini," ujarnya.

Masyarakat perlu memikirkan kembali cara membiayai, menangani, dan berbicara tentang risiko bencana dan tindakan yang paling berharga. Mizutori menyatakan, sekitar 90 persen dari pengeluaran untuk bencana saat ini adalah bantuan darurat dengan hanya enam persen untuk rekonstruksi dan empat persen untuk pencegahan.

Menurut Mizutori, tidak setiap badai atau gempa bumi harus berubah menjadi bencana. Banyak kerusakan dihindari dengan perencanaan dan pencegahan.

Baca juga : Warga Beijing Khawatiran Lockdown Wilayah

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement