Selasa 26 Apr 2022 14:49 WIB

Kalah Pilpres, Le Pen akan Maju dalam Pemilihan Parlemen

Macron berhasil menang dengan 58,54 persen suara atas Le Pen.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
 Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen memberi isyarat setelah berbicara setelah proyeksi hasil awal pemilihan presiden Prancis putaran kedua diumumkan di Paris, Minggu, 24 April 2022. Badan-badan pemungutan suara Prancis memproyeksikan bahwa petahana tengah Emmanuel Macron akan memenangkan pemilihan presiden Prancis hari Minggu, mengalahkan saingan sayap kanan Marine Le Pen dalam perlombaan ketat yang diselimuti oleh perang Ukraina dan melihat lonjakan dukungan untuk ide-ide ekstremis.
Foto: AP/Michel Euler
Pemimpin sayap kanan Marine Le Pen memberi isyarat setelah berbicara setelah proyeksi hasil awal pemilihan presiden Prancis putaran kedua diumumkan di Paris, Minggu, 24 April 2022. Badan-badan pemungutan suara Prancis memproyeksikan bahwa petahana tengah Emmanuel Macron akan memenangkan pemilihan presiden Prancis hari Minggu, mengalahkan saingan sayap kanan Marine Le Pen dalam perlombaan ketat yang diselimuti oleh perang Ukraina dan melihat lonjakan dukungan untuk ide-ide ekstremis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Politisi ekstrem kanan Prancis yang kalah dalam pemilihan presiden, Marine Le Pen akan mempertahankan kursinya di parlemen dalam pemilihan bulan Juni. Hal ini disampaikan partainya National Rally (RN).

Pada stasiun televisi CNEWS, Deputi Presiden RN Louis Aliot mengatakan Le Pen akan maju sebagai kandidat dalam pemilihan parlemen pada 12 dan 19 Juni mendatang.

Baca Juga

"Bagaimanapun ia menjadi kandidat dalam pemilihan parlemen," kata Aliot, Selasa (26/4/2022).

Aliot menambahkan saat ini Le Pen menjelma sebagai oposisi utama Presiden Emmanuel Macron. Ia mengatakan partainya mengincar setidaknya 15 kursi sehingga RN dapat membentuk kelompok di parlemen. Dalam pemilihan 2017 lalu partai Le Pen hanya memperoleh delapan kursi.

Pada Ahad (25/4/2022) waktu Prancis dan Senin (26/4/2022) waktu Indonesia, Macron terpilih menjadi presiden Presiden untuk lima tahun ke depan. Ia berjanji mengatasi perpecahan di Prancis.  

Kini semua mata tertuju pada pemilihan parlemen pada bulan Juni mendatang. Macron harus kembali menjalani masa kampanye yang sulit, ia harus memastikan legislatif memberinya dukungan mayoritas agar ia bisa mengimplementasikan kebijakan-kebijakannya.

Macron berhasil menang dengan 58,54 persen suara. Hasilnya sesuai dengan jajak pendapat terakhir tapi jarak kemenangan jauh lebih lebar dibanding prediksi survei sebelumnya. Tapi dalam pemilihan kali ini ekstrem kanan mencetak rekor suara di pemilihan presiden.

"Banyak orang di negara ini yang memilih saya tidak karena mereka mendukung gagasan-gagasan saya tapi untuk menjauhkan ekstrem-kanan, saya ingin berterimakasih pada mereka dan saya tahu saya berhutang pada mereka pada tahun-tahun ke depan," kata Macron dalam pidato kemenangannya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement