REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron memberikan lampu hijau untuk pengiriman artileri modern ke Kiev. Artileri ini dapat membantu membendung serangan baru Rusia di Ukraina timur.
Artileri modern tersebut dapat menembakkan enam peluru per menit dengan jangkauan lebih dari 40 kilometer. Meriam Caesar yang dipasang di truk akan memungkinkan Ukraina untuk menyerang pasukan Rusia dari jauh, lalu bergerak dan menembak mereka lagi.
Dalam wawancara dengan surat kabar Ouest-France, Macron menyebutkan bahwa Prancis akan mengirim meriam Caesar. Mengutip sumber-sumber Prancis yang tidak disebutkan namanya, Ouest-France mengatakan,12 Caesar akan ditarik dari gudang senjata Prancis dan 40 tentara artileri Ukraina tiba untuk pelatihan di sebuah pangkalan militer di selatan Prancis.
"Kita harus memberikan bantuan maksimal kepada Ukraina," ujar Macron.
Sunil Nair, seorang analis yang mengkhususkan diri dalam sistem artileri untuk publikasi pertahanan, Janes, mengatakan, meriam dapat digunakan secara independen satu sama lain atau bersama-sama sebagai baterai.
“Itu memang memberi Anda daya tembak, tidak diragukan lagi. Ini adalah pertanyaan tentang bagaimana mereka menggunakannya dan di mana mereka menggunakannya," ujarnya.
Sebelum dan setelah invasi Rusia pada 24 Februari, Macron tetap terbuka dan berkomunikasi dengan Presiden Vladimir Putin. Tetapi Macron tidak lagi berbicara dengan Putin sejak penemuan ratusan jenazah di Bucha oleh pasukan Ukraina, dan tentara Rusia mundur dari kota-kota di sekitar Kiev. Kantor Kepresidenan Prancis mengatakan, Macron dan Putin belum berbicara sejak 29 Maret.
Pengiriman senjata berat Prancis ke Ukraina akan menambah tekanan pada Putin. “Cara terbaik untuk melakukan pembicaraan yang sukses adalah dengan membuat Ukraina berhasil membalas invasi Rusia,” kata seorang analis Prancis untuk pertanyaan pertahanan dan keamanan di Institut Internasional untuk Studi Strategis, Francois Heisbourg.
Heisbourg mengatakan, Amerika, Polandia, Slovakia, Belgia, Prancis, dan Kanada mengirim artileri berat ke Ukraina. Menurutnya, ini adalah peningkatan yang sanga untuk situasi Ukraina di fase baru perang.