REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Televisi Pemerintah Iran mengabarkan, pihak berwenang telah menggagalkan serangan siber besar-besaran. Serangan itu berusaha menargetkan layanan publik, baik milik pemerintah maupun swasta.
Laporan tersebut mengatakan Iran menggagalkan serangan yang direncanakan untuk menargetkan infrastruktur lebih dari 100 intervensi sektor publik. Namun, laporan tersebut tidak memerinci atau menyebutkan contoh spesifik dari badan, organisasi, atau layanan sektor publik yang menjadi sasaran.
Hanya saja, insiden itu terjadi dalam beberapa hari terakhir. Pihak tidak dikenal di balik serangan siber menggunakan Protokol Internet di Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat untuk melancarkan serangan.
Iran sesekali mengumumkan serangan siber yang menargetkan negara tersebut ketika kekuatan dunia berjuang untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang tidak kunjung rampung. Pada Oktober, serangan terhadap sistem distribusi bahan bakar Iran melumpuhkan pompa bensin secara nasional.
Peristiwa itu menyebabkan antrean panjang pengendara yang marah dan tidak bisa mendapatkan bahan bakar bersubsidi selama berhari-hari. Pada uli, serangan siber pada sistem kereta api Iran menyebabkan kekacauan dan keterlambatan kereta.
Iran memutuskan sebagian besar infrastruktur pemerintahnya dari internet setelah virus komputer Stuxnet mengganggu sentrifugal Iran di situs nuklir negara itu pada akhir 2000-an. Virus tersebut secara luas diyakini sebagai ciptaan bersama antara Amerika Serikat dan Israel.