REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mengatakan akan mendukung penyelesaian konflik Rusia-Ukraina lewat diplomasi. Beijing tak menghendaki pecahnya Perang Dunia III.
“Tidak ada yang ingin melihat Perang Dunia III. Ini perlu untuk mendukung proses mempromosikan pembicaraan damai (Rusia-Ukraina),” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin dalam pengarahan pers, Selasa (26/4/2022), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Pernyataan Wang itu merupakan jawaban atas pertanyaan tentang bagaimana China merespons komentar Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tentang masih sangat terbukanya peluang terjadinya Perang Dunia III. Menurut Wang, konflik di Ukraina tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Dia mengingatkan tentang konsekuensi negatif dari konflik tersebut yang dapat mempengaruhi, tidak hanya Eropa, tapi juga dunia. “Kami berharap semua pihak terkait akan menunjukkan keseimbangan dan mencegah eskalasi,” ujarnya.
Sebelumnya Sergey Lavrov mengatakan, potensi pecahnya Perang Dunia III tidak bisa diremehkan, “Bahayanya serius, ini nyata. Anda tidak bisa meremehkannya,” kata Lavrov saat diwawancara Interfax, Senin (25/4/2022).
Dia menuding para pemimpin Ukraina masih memprovokasi Rusia dengan cara meminta Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk terlibat dalam konflik. Lavrov pun menyayangkan masih gencarnya negara anggota NATO memasok persenjataan ke Ukraina. “Mereka semua mengulang-ngulang matra yang bisa menjerumuskan kita ke dalam Perang Dunia III,” ucapnya.
Konflik Rusia-Ukraina telah berlangsung selama lebih dari dua bulan, terhitung sejak dimulainya serangan, yakni pada 24 Februari lalu. Menurut PBB, lebih dari 5.100 warga sipil Ukraina telah menjadi korban serangan Rusia. Sebanyak 2.224 di antaranya tewas.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) memperkirakan akan ada sekitar 8,3 juta orang meninggalkan Ukraina tahun ini. Sejauh ini, lebih dari 5 juta warga Ukraina sudah mengungsi ke negara-negara tetangga. Konflik Rusia-Ukraina telah memicu krisis pengungsi terburuk di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II.