Rabu 27 Apr 2022 18:05 WIB

Beijing Jamin Stok Makanan

Warga Beijing mulai khawatir akan bernasib sama dengan penduduk Shanghai

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
 Seorang wanita menjalani tes COVID-19 di Beijing, China, 27 April 2022. Beijing melanjutkan pengujian massal di 11 distrik ke lebih dari 20 juta penduduk karena kota itu mencatat 34 kasus COVID-19, tertinggi sejak varian Omicron tercatat pada 22 April.
Foto: EPA-EFE/MARK R. CRISTINO
Seorang wanita menjalani tes COVID-19 di Beijing, China, 27 April 2022. Beijing melanjutkan pengujian massal di 11 distrik ke lebih dari 20 juta penduduk karena kota itu mencatat 34 kasus COVID-19, tertinggi sejak varian Omicron tercatat pada 22 April.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Supermarket Beijing telah menyimpan makanan dan persediaan lain yang lengkap usai perintah dari pihak berwenang. Kecepatan itu mencoba mengatasi masalah kekurangan stok kebutuhan harian yang sebelumnya muncul di Shanghai akibat penguncian wilayah.

"Dua hari terakhir ini setiap kali saya pergi ke supermarket ada banyak orang, jadi saya hanya berbalik dan pergi, karena saya merasa sedikit tidak aman. Saya bisa memahami kepanikan, mengingat apa yang terjadi di Shanghai," ujar warga senior di Beijing bernama Shi Wei.

Warga Beijing mulai khawatir akan bernasib sama dengan penduduk Shanghai yang harus menghadapi penguncian ketat. Namun, Pemerintah Beijing mencoba menahan laju penyebaran dengan segera melakukan tes massal untuk melakukan pelacakan.

Beijing sedang menguji lebih dari 3,5 juta penduduk Distrik Chaoyang pada Rabu (27/4/2022), semuanya disaring pada awal pekan. Sehari sebelumnya, sebanyak 16 juta dari distrik lain juga diuji dan dijadwalkan untuk putaran lain pada Kamis (28/4/2022). Secara total, 20 juta dari 22 juta Beijing akan diuji tiga kali pada akhir pekan.

Sebanyak 31 kasus Covid-19 baru di Beijing terdeteksi pada Selasa, dibandingkan dengan 33 hari sebelumnya. Sejauh ini tidak ada kematian yang tercatat di ibu kota Cina tersebut.

Sedangkan pejabat Shanghai menegaskan pada Rabu, akan segera mulai melonggarkan pembatasan di distrik-distrik yang tidak ada laporan kasus komunitas. Sedangkan beberapa warga sudah bisa keluar dari rumah.

Data menunjukkan enam dari 16 distrik Shanghai tidak memiliki kasus di luar area karantina. Jumlah untuk tujuh distrik lainnya berada dalam satu digit. Secara total, Shanghai mendeteksi 171 kasus seperti itu pada Selasa, turun dari 217 pada Senin (25/4).

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement