REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mantan Ketua Komite Fatwa di Al-Azhar Kairo Mesir, Syekh Abd al-Hamid Al-Athrash, menyampaikan penjelasan soal mengapa sebagian besar ulama sepakat bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27 bulan suci Ramadhan.
Pendapat tersebut didasarkan pada sebuah hadits yang menyebut Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-27 Ramadhan. Hadits yang dimaksud ialah:
Dari Zir bin Hubeisy, dia berkata kepada Ubay bin Ka'ab, "Sampaikan kepadaku tentang Lailatul Qadar. Karena saudaramu, Abdullah bin Mas'ud, ditanya tentang Lailatul Qadar kemudian dia menjawab, 'Siapa yang menghidupkan malam setahun penuh, pasti memperoleh malam Lailatul Qadar?'"
Lalu Ubay bin Ka'ab berkata, "Semoga Allah mengampuni Aba Abdirrohman(kun'yah Abdullah bin Mas'ud). Sungguh dia telah mengetahui bahwa Lailatul Qadar itu ada di bulan Ramadhan dan tepatnya di malam ke-27 (Ramadhan). Dia (Abdullah bin Mas'ud) bersumpah Lailatul Qadar ada di malam ke-27."
Kemudian Zir bertanya kepada Abal Mundzir (kun'yah Ubay bin Ka'ab), "Bagaimana cara engkau mengetahuinya?" Ubay menjawab, "Dengan tanda yang telah disampaikan Rasulullah SAW kepada kami, yaitu di pagi harinya matahari seperti belanga hingga meninggi." (HR Ibnu Khuzaimah)
"Yang jelas, Allah SWT menyembunyikan Lailatul Qadar sebagaimana tersembunyinya waktu mustajab di hari Jumat sehingga umat Muslim pun berusaha untuk beribadah," tuturnya.
Rentang waktu untuk meraih Lailatul Qadar, dimulai dari sholat Isya berjamaah hingga sholat Subuh berjamaah. Di malam yang penuh keagungan itu, para Malaikat turun ke bumi dan berjabat tangan dengan orang yang ruku' dan sujud.
"Siapa yang tubuhnya merasa kedinginan atau menggigil, beritahu mereka, malaikat sedang berjabat tangan dengannya," kata Syekh Al-Athrash.
Sumber: https://www.elbalad.news/5255806