Rabu 27 Apr 2022 19:45 WIB

Sempat Terhenti, Pasokan Gas Rusia ke Polandia Kembali Pulih

Rusia kembali memasok gas ke Polandia setelah sempat dihentikan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Rusia kembali memasok gas ke Polandia berdasarkan kontrak Yamal setelah sempat dihentikan sebentar
Foto: AP/Dmitry Lovetsky
Rusia kembali memasok gas ke Polandia berdasarkan kontrak Yamal setelah sempat dihentikan sebentar

REPUBLIKA.CO.ID, WARSAWA -- Data dari operator transmisi gas Uni Eropa menunjukkan Rusia kembali memasok gas ke Polandia berdasarkan kontrak Yamal setelah sempat dihentikan sebentar pada Rabu (27/4/2022). Hal ini menimbulkan kekhawatiran Rusia memotong pasokan-pasokan gas ke sekutu Ukraina.

Kiev menyebut langkah ini sebagai "pemerasan gas". Polandia dan Bulgaria mengatakan Rusia akan menghentikan pasokan gasnya ke dua anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan satu anggota Uni Eropa di tengah semakin mendalamnya keretakan antara Eropa dan Rusia atas invasi ke Ukraina.

Kiev menuduh Rusia memeras Eropa dengan energi untuk memecah belah sekutunya. Saat invasi Moskow ke Ukraina memasuki pekan ketiga. Hingga kini Rusia masih belum berhasil menguasai kota besar.

Polandia salah satu negara Eropa yang bersikap tegas pada Rusia. Mereka mendorong sanksi tegas atas invasi ke Ukraina.

Operator jaringan transmisi gas Uni Eropa mengatakan gas ke Polandia sempat dipotong sebentar tapi kemudian dipulihkan kembali. Kini mulai naik usai jatuh hingga nol. Belum ada laporan bila pasokan Bulgaria juga terganggu.

Kontrak pasokan gas Polandia dengan perusahaan energi raksasa Gazprom sekitar 10,2 miliar kubik per meter per tahun. Mencakup sekitar 50 persen konsumsi nasional Polandia.

Perusahaan milik negara Polandia, PGNiG sebelumnya mengatakan pasokan Gazprom melalui Ukraina dan Belarusia akan dipotong pada pukul 08.00 waktu setempat. Tapi kemudian Polandia mengatakan mereka tidak perlu mengambil pasokan dari cadangan dan simpanan gas masih ada 76 persen.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga meminta negara-negara "tak bersahabat" untuk membayar impor gas dengan rubel. Hanya beberapa pembeli yang mematuhi permintaan tersebut.

"Tujuan utama pemimpin Rusia adalah bukan untuk menguasai wilayah Ukraina, tapi untuk memecah seluruh Eropa timur dan tengah dan memukul kesepakatan demokrasi global," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam pidato Selasa (26/4/2022) malam.

Kepala kabinetnya Andriy Yermak mengatakan Rusia mulai melakukan pemerasan gas pada Eropa. "Eropa mencoba memecah persatuan sekutu-sekutu kami," kata Yermak.

Bulgaria salah satu negara yang sepenuhnya bergantung pada impor gas Rusia. Mereka mengatakan telah memenuhi kewajiban kontraktual dengan Gazprom dan skema pembayaran baru yang diajukan Rusia melanggar perjanjian.

Bulgaria sempat menggelar perundingan untuk mengimpor gas alam cair melalui Turki dan Yunani. Gazprom mengatakan Polandia telah membayar gasnya melalui "metode pembayaran" baru. Mereka menolak memberikan komentar mengenai Bulgaria.

Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari itu telah menewaskan ribuan orang memaksa jutaan lainnya mengungsi. Moskow menyebut serangan ini sebagai "operasi militer khusus" untuk memberantas fasis dan membela pengguna bahasa Rusia.

Kiev dan Barat membantah dua tuduhan tersebut dan mengatakan Rusia mengada-ada untuk membenarkan serangan tanpa provokasi. Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat (AS) memperingatkan Washington berhenti mengirimkan senjata ke Ukraina. Ia mengatakan langkah itu hanya memperburuk situasi.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement