Kamis 28 Apr 2022 00:29 WIB

Rusia Sanksi 287 Anggota Parlemen Inggris

Rusia telah menjatuhkan sanksi kepada 287 anggota House of Commons Inggris

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Pemerintah Rusia telah menjatuhkan sanksi kepada 287 anggota House of Commons Inggris. Ilustrasi.
Foto: AP/Alberto Pezzali
Pemerintah Rusia telah menjatuhkan sanksi kepada 287 anggota House of Commons Inggris. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Pemerintah Rusia telah menjatuhkan sanksi kepada 287 anggota House of Commons Inggris. Sanksi itu merupakan aksi balasan terhadap Inggris atas sanksi yang mereka terapkan ke anggota parlemen Rusia.

"Menanggapi keputusan yang diambil oleh pemerintah Inggris pada 11 Maret tahun ini untuk menambahkan 386 deputi Duma Negara dari Majelis Federal Federasi Rusia ke daftar sanksi, pembatasan pribadi dikenakan pada 287 anggota House of Commons Parlemen Inggris atas dasar timbal balik," kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia dalam sebuah pernyataan pada Rabu (27/4/2022) dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

Moskow mengungkapkan mereka yang sekarang dilarang memasuki Rusia mengambil bagian paling aktif dalam menciptakan alat anti-Rusia. Mereka pun dianggap berkontribusi pada peningkatan histeria Russophobia yang tidak berdasar di Inggris.

"Retorika permusuhan serta tuduhan tidak masuk akal yang datang dari anggota parlemen Inggris tidak hanya membenarkan tindakan bermusuhan London yang bertujuan menjelek-jelekkan negara kami dan isolasi internasionalnya, tapi juga digunakan para penentang dialog yang saling menghormati dengan Rusia untuk merusak fondasi kerja sama bilateral,” kata Kemenlu Rusia.

Inggris mengambil posisi keras terhadap Rusia sejak negara tersebut menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin telah mengatakan dia masih berharap dialog dapat mengakhiri konflik bersenjata di Ukraina. Hal itu disampaikan saat Putin melangsungkan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Moskow, Selasa (26/4/2022).

"Terlepas dari kenyataan bahwa operasi militer sedang berlangsung, kami masih berharap bahwa kami akan dapat mencapai kesepakatan di jalur diplomatik. Kami sedang bernegosiasi, kami tidak menolak (pembicaraan)," kata Putin kepada Guterres.

Kendati demikian, Putin menjelaskan proses negosiasi telah terjegal oleh tudingan yang menyebut pasukan Rusia membantai warga sipil di Bucha, Ukraina. “Ada provokasi di desa Bucha, yang tidak ada hubungannya dengan tentara Rusia,” ucap Putin.

Dia mengklaim mengetahui siapa yang menyiapkan provokasi semacam itu dan bagaimana mereka menjalankannya. Namun Putin tak mengungkap secara gamblang siapa pihak yang dimaksud. Pada kesempatan itu, Putin mengaku mengetahui kekhawatiran Guterres tentang operasi militer Rusia di Ukraina. Putin pun menyatakan siap membahasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement