REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengatakan bahaa desa tangguh bencana yang ideal harus ada kearifan lokal dan dikolaborasikan dengan data sains. Namun simulasi kebencanaan juga harus dilakukan untuk menguatkan respons masyarakat apabila terjadi bencana.
"Maka banyak masyarakat di sekitar areal yang rawan bencana itu sebenarnya mereka sangat paham. Tinggal data sains ini kita gabungkan, kolaborasi sehingga mereka bisa berjalan," kata Ganjar dalam keterangan, Rabu (27/4).
Menurutnya, kearifan lokal masyarakat memiliki kekuatan dalam membaca tanda-tanda bencana dan mengetahui apa yang harus dilakukan. Dia mengatakan, kearifan lokal itu berupa sistem tanda peringatan yang disampaikan dengan cara yang beragam, misal bunyi kentongan.
Dia mencontohkan di sekitar lereng Gunung Merapi masyarakat telah hidup ratusan tahun dengan potensi ancaman erupsi yang datang sewaktu-waktu. Namun, sambunh dia, mereka memiliki cara sendiri untuk mengetahui bencana akan terjadi.
"Ini menjadi penting karena banyak wilayah yang melingkupi dan aktivitasnya cukup tinggi. Tidak hanya itu, kita juga musti betul-betul tahan, betul-betul siaga, dan dari Balerante di Klaten ini kita diminta untuk siap siaga bencana secara keseluruhan," kata Ganjar.
Selain itu, soal data sains juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Dia mengatakan, data sains ini harus diinformasikan secara terus-menerus sehingga masyarakat dapat siaga dan cepat merespons seandainya terjadi bencana.
"Info BMKG menjadi penting untuk harian sebagai data sains untuk kita ambil keputusan. Tapi sisi lain tadi kepala BNPB juga sudah memerintahkan kita, masyarakatnya latihan. Latihan ini yang melatih respons kita terhadap bencana bisa cepat," ungkap Ganjar.
Konsep desa tangguh bencana tersebut ternyata juga mendapat dukungan dari Kedutaan Besar Australia. Mereka mendukung dengan kerja sama terkait ketahanan yang bersifat lokal. Bahkan Kepala BNPB Letjen Suharyanto juga berpendapat, pembangunan sadar bencana perlu kolaborasi pentahelix di segala lini. Kekuatan lain adalah modal sosial berbasis kebudayaan lokal berupa kesetiakawanan dan gotong royong.
Ide lain yang menurut Ganjar brilian dalam membangun kesiapsiagaan bencana adalah praktik desa kembar tangguh bencana di Kabupaten Magelang. Program tersebut saat ini sedang coba direplikasi di tempat-tempat lain. Tujuannya agar masyarakat lebih mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi bencana.
"Kalau terjadi suatu bencana kita tidak perlu repot lagi karena mereka sudah tahu harus lari ke mana, naik mobil siapa, ketemu di keluarga siapa, dan keluarga yang akan menerima itu akan lebih enak. Mungkin tidak perlu di tempat pengungsian, mungkin mereka bisa langsung berhubungan dengan masyarakat yang menjadi mitranya, kembarannya. Itu ide yang menurut saya brilian," katanya.