Kamis 28 Apr 2022 05:37 WIB

Cara Bersyukur kepada Allah SWT: Taatlah dan Jangan Lakukan Maksiat

Syukur merupakan cara untuk berterima kasih kepada Allah SWT

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi ibadah sebagai tanda syukur. Syukur merupakan cara untuk berterima kasih kepada Allah SWT
Foto: Prayogi/Republika.
Ilustrasi ibadah sebagai tanda syukur. Syukur merupakan cara untuk berterima kasih kepada Allah SWT

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan-Nya akan membuat nikmat tersebut menjadi bertambah. Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7 berfirman:  

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Baca Juga

"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Dr Musthafa Dib Al-Bugha dalam kitabnya Al-Wafi: Syarah Hadis Arba'in Imam an-Nawawi, mengatakan manusia tidak cukup untuk bersyukur kepada Allah SWT hanya dengan lisannya, tetapi di samping syukur dengan ucapan, dia juga harus bersyukur dengan perbuatan. Syukur yang diperintahkan ada yang wajib dan ada yang sunnah.

A.  Syukur yang wajib

Yaitu menunaikan semua kewajiban dan meninggalkan semua yang diharamkan. Syukur macam ini memadai untuk mensyukuri nikmat sehat dan kesempurnaan anggota tubuh serta nikmat-nikmat yang lainnya. 

عَنْ أَبِي الأَسْوَدِ الدُّؤَلِيِّ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ ‏ "‏ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ

Dari Al-Aswad Ad-Duali, dia berkata, Kami berada di sisi Abu Dzar, lalu dia berkata, “Pada pagi hari wajib bagi setiap persendian tulang salah seorang di antara kamu untuk bersedekah pada setiap harinya. Setiap sholat yang dikerjakannya adalah sedekah, puasa adalah sedekah, haji adalah sedekah, tasbih adalah sedekah, takbir adalah sedekah...”  

Dr Musthafa Al-Bugha mengatakan, ini menunjukkan bahwa seorang hamba dipandang sudah bersyukur jika dia meninggalkan kejahatan. Dan dianggap telah meninggalkan kejahatan manakala menunaikan kewajiban dan menjahui yang diharamkan. "Karena kejahatan yang paling besar adalah meninggalkan kewajiban," katanya.

Oleh karena itu sebagian salaf berkata, “Syukur adalah meninggalkan maksiat.” Sebagian lagi berkata, “Syukur adalah tidak menggunakan nikmat untuk berbuat maksiat.”

B. Syukur sunnah 

Yaitu jika seorang hamba telah menunaikan kewajiban dan meninggalkan yang haram dia mengerjakan ketaatan tambahan (ibadah sunnah). Ini adalah derajat orang-orang yang berlomba untuk mendekatkan diri (as-sabiqun al-muqarrabun) dalam bersyukur kepada Allah, Sang Pencinta. 

Inilah yang ditunjukkan oleh banyak hadits yang menganjurkan untuk mengerjakan amalan dan ibadah-ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan demikianlah keadaan Rasulullah SAW, di mana beliau rajin melaksanakan shalat hingga bengkak dua kakinya.

Ketika ditanyakan kepadanya mengapa beliau berbuat seperti itu padahal Allah telah mengampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang, beliau menjawab. "Tidak bolehkah aku untuk menjadi hamba yang bersyukur."   

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement