Kamis 28 Apr 2022 08:41 WIB

Putin Kembali Peringatkan Barat tak Intervensi Konflik di Ukraina

Putin kembali menuding NATO dan sekutunya sebagai penyebab pecahnya pertempuran

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Rusia Vladimir Putin kembali memperingatkan Barat agar tak mencampuri konflik di Ukraina.
Foto: Vladimir Astapkovich, Sputnik, Kremlin Pool P
Presiden Rusia Vladimir Putin kembali memperingatkan Barat agar tak mencampuri konflik di Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin kembali memperingatkan Barat agar tak mencampuri konflik di Ukraina. Dia menegaskan, aksi semacam itu akan disambut respons militer "secepat kilat".

"(Negara Barat) yang berpikir untuk ikut campur dalam peristiwa yang sedang berlangsung dari samping dan menciptakan ancaman strategis yang tak dapat diterima Rusia, mereka harus tahu bahwa tanggapan kami terhadap serangan balik akan secepat kilat," kata Putin kepada anggota parlemen Rusia di St. Petersburg, Rabu (27/4/2022), dikutip Aljazirah.

Baca Juga

Putin mengungkapkan, Rusia memiliki semua alat yang tak bisa dibanggakan pihak lain untuk melakukan tindakan semacam itu. Pernyataannya mengacu pada rudal balistik dan persenjataan nuklir Rusia.

"Kami tidak akan menyombongkannya. Kami akan menggunakannya jika diperlukan dan saya ingin semua orang tahu itu. Kami sudah mengambil semua keputusan tentang ini," ucapnya.

Dia kembali menuding Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan sekutunya sebagai penyebab pecahnya pertempuran di Ukraina. Putin mengatakan, NATO berencana menggunakan Ukraina sebagai rute untuk menyerang Rusia melalui Semenanjung Korea. Semenanjung itu dicaplok Moskow pada 2014 lalu.

Menurut Putin, NATO juga berencana menyerang Rusia lewat perbatasan Donbas timur. Dia menilai, dengan melancarkan serangan ke Ukraina, Rusia "menetralkan" bahaya nyata dari konflik besar yang akan terjadi. Konflik di wilayah Rusia dengan skenario pihak lain.

Putin berjanji akan menyelesaikan operasi militer khusus yang digelar di Ukraina. "Semua tugas operasi militer khusus yang kami lakukan di Donbas dan Ukraina, diluncurkan pada 24 Februari, akan dipenuhi tanpa syarat," ujarnya.

Pada Selasa (24/4) lalu, Putin melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres di Moskow. Pada momen itu, Putin menyampaikan, dia masih berharap dialog dapat mengakhiri konflik di Ukraina. "Terlepas dari kenyataan bahwa operasi militer sedang berlangsung, kami masih berharap bahwa kami akan dapat mencapai kesepakatan di jalur diplomatik. Kami sedang bernegosiasi, kami tidak menolak (pembicaraan)," kata Putin kepada Guterres.

Kendati demikian, Putin menjelaskan, proses negosiasi telah terjegal oleh tudingan yang menyebut pasukan Rusia membantai warga sipil di Bucha, Ukraina. “Ada provokasi di desa Bucha, yang tidak ada hubungannya dengan tentara Rusia,” ucap Putin.

Dia mengklaim mengetahui siapa yang menyiapkan provokasi semacam itu dan bagaimana mereka menjalankannya. Namun Putin tak mengungkap secara gamblang siapa pihak yang dimaksud. Pada kesempatan itu, Putin mengaku mengetahui kekhawatiran Guterres tentang operasi militer Rusia di Ukraina. Putin pun menyatakan siap membahasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement