REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, Indonesia masih akan menghadapi situasi yang tidak mudah serta situasi ekonomi dan politik global yang bergejolak dan penuh ketidakpastian pada tahun depan. Selain itu, pandemi Covid-19 pun juga belum sepenuhnya berakhir. Sebab, masih terdapat beberapa negara yang berusaha menekan penyebaran Covid-19 dan bahkan melakukan lockdown.
“Kemudian terjadi gangguan suplay chains yang dampaknya ke mana-mana, belum lagi dunia yang dihantam perang antara Rusia dan Ukraina yang memunculkan krisis energi dan krisis pangan,” kata Jokowi saat peresmian pembukaan musyawarah perencanaan pembangunan nasional di Istana Negara, Jakarta, Kamis (28/4).
Kondisi itu pun akan berdampak pada inflasi global yang semakin meningkat tajam dan pertumbuhan ekonomi global juga akan mengalami perlambatan. Jokowi mencontohkan inflasi di beberapa negara saat ini yang sangat tinggi, seperti di Turki yang mengalami inflasi hingga ke angka 61,1 persen. Kemudian di Amerika saat ini sudah menyentuh angka 8,5 persen.
“Negara kita Alhamdulillah masih berada terakhir masih berada di angka 2,6 persen. Ini yang harus bersama-sama kita perbaiki, kita pertahankan,” jelas dia.
Karena itu, Jokowi meminta seluruh jajarannya untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan kalkulasi secara detil sehingga langkah antisipasi yang disiapkan tepat. Ia juga mengingatkan agar pemerintah betul-betul siap jika krisis saat ini akan terus berlanjut hingga tahun depan.
“Hati-hati semuanya,” tambah Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi juga mengingatkan kembali seluruh jajarannya untuk memiliki sense of crisis dan bekerja lebih dari biasanya. Menurutnya, pemerintah harus menyiapkan perencanaan yang baik untuk menghadapi situasi yang tak pasti saat ini.