REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tokoh muda sekaligus pendakwah Nahdlatul Ulama, KH Ahmad Muwafiq atau yang akrab disapa Gus Muwafiq, KH Ahmad Muafiq, memastikan boleh beramal dengan bersedekah untuk mengharap sesuatu yang lebih dari Allah SWT. Karena yang terpenting jangan memaksakan atas kehendak Allah SWT ketika telah melakukan amal kebaikan.
"Meminta lebih boleh, berharap kepada Allah SWT boleh tapi terserah Allah SWT nanti hasilnya," kata Gus Muwafiq saat menjawab pertanyaan dari Jamaah Tablig Akbar di Masjid At-Thohir, Rabu (27/4/2022).
Gus Muwafiq mengingatkan yang terpenting kita sebagai manusia tidak boleh berharap pada amal yang telah kita lakukan. Karena belum tentu amal yang telah dilakukan itu sempurna di hadapan Allah SWT. "Jangan bergantung kepada amal kita, amal itu kewajiban kita sebagai bentuk ibadah," katanya.
Menurutnya yang perlu dilakukan kita sebagai manusia, adalah menggantungkan diri kepada Allah SWT, bukan kepada amal yang telah dilakukannya. Karena masuknya manusia ke dalam surga Allah SWT bukan karena amalnya, tetapi karena keridhaan Allah SWT. "Dia nanti lebih bergantung pada amalnya, bukan pada Allahnya," katanya.
Gus Muwafiq mengingatkan manusia jangan memaksa kehendak Allah SWT hanya karena banyak amalnya. Apalagi yakin bahwa dengan amalnya dia bisa masuk syurga. "Padahal surga itu kasihnya Allah SWT," katanya.
Pada kesempatan ini juga Gus Muwafiq mengingatkan umat Islam berhati-hati merespon perkembangan teknologi. Terutama dalam menyampaikan pendapatnya di media sosial. "Jadi bermedsos itu harus hati-hati. Kalau tidak tahu jangan menyampaikan sesuatu," katanya.
Gus Muwafiq menegaskan media sosial sifatnya terbuka, sehingga semua orang bisa merespons. Respon-respons tersebut, terutama yang kontra dapat menimbulkan perpecahan. "Jika itu bukan bagian dari kepentingan kita udah deh gak usah," katanya.
Menurutnya jika terjadi perpecahan di dalam media sosial sulit untuk meminta maaf. Untuk umat Islam perlu hati-hati menggunakan media sosial terutama yang menyangkut pribadi orang. "Apalagi kalau sudah menyangkut orang, susah itu minta maafnya," katanya.
Ali Yusuf
MUI Apresiasi Pertemuan Luar Biasa OKI
JAKARTA— Majelis Ulama Indonesia mengapresiasi pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah pada Senin (25/4).
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, pertemuan OKI itu sangat penting untuk menyelesaikan persoalan Israel-Palestina.
"Apresiasi MUI juga disampaikan kepada Duta Besar Eko Hartono sebagai wakil tetap Indonesia untuk OKI yang telah menunjukkan sikap tegas dan pembelaan kuat pemerintah Indonesia terhadap perjuangan untuk kemerdekaan rakyat dan bangsa Palestina," kata Prof Sudarnoto kepada Republika.co.id, Kamis(28/4/2022)
Prof Sudarnoto mengatakan, bagi MUI, sebagaimana yang sudah sering dinyatakan sebelumnya, perjuangan bangsa Palestina meruapakan perjuangan abadi sepanjang pemerintah Zionis Israel masih menunjukkan kecongkakannya. Di mana Israel tanpa empati melakukan aneksasi, genosida, menerapkan politik apartheid serta tidak menghentikan penjajahannya terhadap Palestina.
"Israel adalah pemerintah yang paling brutal yang secara terus menerus hingga abad XXI ini melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, agama, budaya dan hukum internasional," katanya.
Untuk itu, tindakan-tindakan negara jumawa Israel ini harus dihentikan melalui berbagai cara dan dilakukan oleh elemen masyarakat internasional. Isu Israel-Palestina bukan isu lokal dan bukan juga konflik politik lokal.
"Akan tetapi ini merupakan tragedi dan sejarah kelam politik dan kemanusiaan dan bahkan agama yang sangat menyayat yang dipertontonkan secara global," katanya.
Menangangi Israel-Palestina sama sekali tidak cukup melalui kutukan, akan tetapi harus ada langkah-langkah pasti dan kongkrit yang dilakukan secara terus menerus oleh sebuah kerjasama global, a global friendship and alliance yang efektif sehingga Israel benar-benar tak berdaya dan menghentikan seluruh tindakan kotor.
MUI setuju dengan sejumlah keputusan penting yang dihasilkan dalam pertemuan luar biasa OKI. MUI memandang, bagi bangsa Indonesia dan harusnya juga bagi negara-negara anggauta OKI lainnya, perjuangan untuk membela Palestina harus terus dilakukan dengan mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan bangsa dan rakyat Palestina.
Masih banyak dan besar hambatan yang dihadapi untuk terwujudnya Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka. Antara lain ialah pertentangan faksional Palestina Hammas-Fatah yang belum terselesaikan, lemahnya persatuan negara-negara Timur Tengah, dukungan kuat Amerika yang antara lain ditunjukkan melalui Veto di siding Dewan Keamanan PBB. "Ini obstackles yang cukup serius yang harus menjadi perhatian internasional," katanya.
Sehubungan dengan itu dukungan negara-negara OKI, misalnya, haruslah benar-benar kongkrit, efektif dan berdampak kuat bagi penghentian imperialisme Israel. Misalnya menghentikan kegiatan import barang-barang produk Israel.
"Boikot terhadap produk Israel ini penting dilakukan oleh semua negara-negara anggauta OKI," katanya.
Menurutnya butuh keberanian, ketabahan, dan konsolidasi. Di samping itu, langkah untuk mereview hubungan diplomatik dengan Israel yang dilakukan oleh negeri-negara anggauta OKI yang selama ini telah melakukan normalisasi hubungan diplomatik.
"Dan juga sebuah langkah penting dan patriotic dan akan sangat membentu penyelesaian Israel-Palestina dan penciptaan perdamaian," katanya.
Langkah lain yang sangat penting dilakukan ialah dukungan dari negara-negara anggauta PBB untuk melakukan tekanan terhadap zionis Israel. Namun demian, berkaca kepada pengalaman, maka harus diyakinkan agar Amerika tidak lagi menggunakan veto.
Upaya-upaya diplomatik untuk meyakinkan Amerika dengan demikian juga sangat penting agar Amerika bersedia merubah cara pandang dan politik luar negerinya supaya lebih lebih fair, adil, dan benar-benar diorientasikan kepada pembelaan terhadap kemanusiaan dan perdamaian. Keadaan ini memang sulit akan tetapi harus dilakukan.
Meski demikian Indonesia bisa memainkan peran penting. PBB harus jauh lebih demokratis dan berdaya supaya berbaga keputusan penting yang menyangkut masa depan Palestina benar-benar mendapatkan jaminan dan pengawalan yang lebih pasti. Salah satu letak kuncinya ialah Amerika dan negara -negara lain pemegang Veto. Ali Yusuf