Kamis 28 Apr 2022 17:20 WIB

MUI Apresiasi Pertemuan OKI di Jeddah Bahas Palestina

MUI menilai persoalan Palestina membutuhkan komitmen negara Islam

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
 Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim, menilai persoalan Palestina membutuhkan komitmen negara Islam
Foto: Dok. Istimewa
Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri Sudarnoto Abdul Hakim, menilai persoalan Palestina membutuhkan komitmen negara Islam

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Majelis Ulama Indonesia mengapresiasi pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah pada Senin (25/4). 

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, pertemuan OKI itu sangat penting untuk menyelesaikan persoalan Israel-Palestina.  

Baca Juga

"Apresiasi MUI juga disampaikan kepada Duta Besar Eko Hartono sebagai wakil tetap Indonesia untuk OKI yang telah menunjukkan sikap tegas dan pembelaan kuat pemerintah Indonesia terhadap perjuangan untuk kemerdekaan rakyat dan bangsa Palestina," kata Prof Sudarnoto kepada Republika.co.id, Kamis(28/4/2022) 

Prof Sudarnoto mengatakan, bagi MUI, sebagaimana yang sudah sering dinyatakan sebelumnya, perjuangan bangsa Palestina meruapakan perjuangan abadi sepanjang pemerintah Zionis Israel masih menunjukkan kecongkakannya. Di mana Israel tanpa empati melakukan aneksasi, genosida, menerapkan politik apartheid serta tidak menghentikan penjajahannya terhadap Palestina.  

"Israel adalah pemerintah yang paling brutal yang secara terus menerus hingga abad XXI ini melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, agama, budaya dan hukum internasional," katanya. 

Untuk itu, tindakan-tindakan negara jumawa Israel ini harus dihentikan melalui berbagai cara dan dilakukan oleh elemen masyarakat internasional. Isu Israel-Palestina bukan isu lokal dan  bukan juga konflik politik lokal. 

"Akan tetapi ini merupakan tragedi dan sejarah kelam politik dan kemanusiaan dan bahkan agama yang sangat menyayat yang dipertontonkan secara global," katanya. 

Menangangi Israel-Palestina sama sekali tidak cukup melalui kutukan, akan tetapi harus ada langkah-langkah pasti dan kongkrit yang dilakukan secara terus menerus oleh sebuah kerjasama global, a global friendship and alliance yang efektif sehingga Israel benar-benar tak berdaya dan menghentikan seluruh tindakan kotor. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement