Kamis 28 Apr 2022 17:21 WIB

H-5 Lebaran, 944.909 Kendaraan Meninggalkan Kota Bandung

Kepadatan lalin disebabkan terjadinya bottle neck akibat kecilnya lajur di Cibiru

Rep: dea alvi soraya/ Red: Hiru Muhammad
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (ketiga kanan) meninjau wahana bermain anak di posko mudik, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (28/4/2022). Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Jawa Barat meninjau kesiapan posko mudik di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung.
Foto: ANTARA/Raisan Al Farisi
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (ketiga kanan) meninjau wahana bermain anak di posko mudik, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (28/4/2022). Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Jawa Barat meninjau kesiapan posko mudik di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kepala Bidang Manajemen Transportasi dan Parkir Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung Khairul Rijal mengatakan, sejak H-7 (25/4) hingga H-5 (27/4) kemarin, terpantau sekitar 944.909 kendaraan meninggalkan Kota Bandung. 465.633 diantaranya merupakan kendaraan roda dua, sedangkan sisanya, 479.276 merupakan kendaraan roda empat. 

Sedangkan untuk kendaraan masuk, terpantau sebanyak 792.921, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. 387.763 diantaranya merupakan kendaraan roda dua, sedangkan sisanya,  405.158 merupakan kendaraan roda empat. 

Baca Juga

“Pantauan H-4, ada peningkatan jumlah kendaraan di Bandung, keluar-masuk Kota Bandung kalau hari pertama sekitar 538.000, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Kalau H-3 sudah 600.000 lebih. Ini hanya di titik pantauan kamera CCTV kami ya, belum lagi di wilayah yang tidak terpantau CCTV,” kata Rijal saat ditemui Republika di Balai Kota Bandung, Kamis (28/4/2022).

Untuk kendaraan roda dua, kata Rijal, mayoritas menggunakan akses Jalan Soekarno Hatta, masuk dari arah Cimahi, Cibeureum, menuju arah Cibiru ke arah Garut, Tasik, dan wilayah timur lainnya. Sedangkan roda empat lebih banyak menggunakan Tol Purbaleunyi untuk akses keluar maupun masuk. 

Secara umum, titik rawan kemacetan yang diantisipasi adalah Bundaran Cibiru yang menjadi pertemuan kendaraan dari Jalan Soekarno Hatta dan AH Nasution. Kepadatan ini, kata Rijal, disebabkan terjadinya bottle neck akibat kecilnya lajur di Cibiru yang diperparah dengan banyaknya titik-titik pemberhentian bus, ELF, dan angkutan kota (angkot). 

“Karena lalu lintas harian juga sudah cukup panjang antreannya, ditambah kendaraan pemudik dari arah Barat akan tumpah kesana, maka akan terjadi bottle neck dari Jalan Soekarno-Hatta dan AH Nasution bertemu di Bundaran Cibiru kemudian menyempit menjadi dua lajur, padahal Soekarno Hatta itu empat lajur, AH Nasution dua lajur, maka enam lajur menyempit jadi dua lajur,” jelasnya. 

Dia memastikan Dishub telah menempatkan personil di setiap titik-titik rawan kemacetan, mengingat arus mudik tahun ini Kota Bandung tidak menerapkan sistem penutupan jalan, maupun ganjil genap. Rijal mengatakan, kemungkinan sistem rekayasa lalu lintas yang diterapkan antara lain contraflow dan one way. 

“Sekarang ada dua PR-nya, kita harus pisahkan antara pemudik dengan lalu lintas harian. Nah dari sisi pemudik kita sudah menempatkan RPPJ portabel di titik-titik kemacetan untuk mengarahkan pemudik untuk memilih lajur ke barat atau ke timur. Kebanyakan, dari arah Jabodetabek menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kalau wisata itu Utara-Selatan,” jelasnya. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement