Zona Ikhlas
Red: Fernan Rahadi
Energi positif | Foto: harveymackay.com
Oleh : Erik Hadi Saputra*
REPUBLIKA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, Desertasi David R Hawkins yang dijadikan buku berjudul Power vs Force: An Anatomy of Consciousness, The Hidden Determinants of Human Behavior, menjelaskan bahwa pikiran dan emosi manusia itu memiliki berbagai tingkatan energi (getaran). Penelitian yang dilakukan selama dua puluhan tahun itu menjelaskan bahwa getaran itu ada dua bagian, yaitu getaran Power (Energi kuat/positif) dan getaran Force (energi lemah/negatif).
Dikatakan negatif apabila frekuensinya di bawah 200 Hz. Ada delapan hal yang termasuk energi negatif dalam ulasan ini, yaitu pertama, rasa malu 20 Hz (mengarah kepada kurangnya harga diri, martabat atau rasa bangga). Kedua adalah rasa bersalah 30 Hz (keadaan dimana menyalahkan orang lain atau lingkungan sekitar). Ketiga, apatis 50 Hz (keadaan putus asa, merasa tidak memiliki harapan). Keempat adalah kesedihan 75 Hz (kondisi menyesali suatu perbuatan yang sudah terjadi). Kelima, takut 100 Hz (situasi khawatir, kecemasan pada sesuatu yang akan atau belum terjadi). Keenam, keinginan 125 Hz (yaitu hasrat, diperbudak hawa nafsu). Ketujuh, marah 150 Hz (benci dengan keadaan atau semua hal). Terakhir adalah bangga/sombong 175 Hz (menghina, meremehkan sesuatu atau orang lain).
Pembaca yang kreatif, Hawkins juga mengungkapkan bahwa getaran magnet energi dibawah 200 Hertz menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit. Namun dia juga menyampaikan bahwa orang yang memiliki frekuensi positif di atas 700 Hz maka kekebalan tubuh dan vitalitasnya sangat tinggi. Di antara getaran yang masuk pada energi positif adalah, berani/semangat 200 Hz (terkait pada afirmasi dan penegasan). Netral 250 Hz (keadaan percaya dan yakin dengan kehormatan, kebenaran dan kemampuan). Kemauan 310 Hz (situasi optimistis, serta berharap yang terbaik). Bersyukur/menerima 350 Hz (keadaan memaafkan dan ikhlas). Berpikir/memahami 400 Hz (mengerti, berpikir mendalam, tafakkur). Cinta 500 Hz (rasa hormat, welas asih dan empati). Suka Cita 540 Hz (perasaan tenang dan hening). Kedamaian 600 Hz (kebahagiaan yang luar biasa). Pencerahan 700-1000 Hz (tidak bisa digambarkan).
Pembaca yang kreatif, pada saat pengajian Nuzulul Qur’an di Masjid Al Muhtadin Perum Purwomartani Baru, Kalasan Sleman, Ustaz Muhammad Jazir menyampaikan bahwa penduduk DIY adalah penduduk paling bahagia di Indonesia. Data ini didukung dengan angka harapan hidup BPS yang menunjukkan data tahun 2021 DIY memiliki angka 76,89 tahun, tertinggi di Indonesia.
Namun ada yang menarik. Dari data yang bersumber dari laman bappeda.jogjaprov.go.id, DIY memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.322.727 jiwa pada 2021. Persentase penduduk miskin adalah 12,80 persen atau sejumlah 506.450 jiwa. Artinya di DIY sendiri ada sekitar 500 ribu penduduk yang berada dalam garis kemiskinan.
Jika kita tarik korelasi, hal itu memberikan pandangan bahwa ada penduduk yang sangat kekurangan secara ekonomi namun rasa bahagia hadir dalam kehidupan mereka. pertanyaannya mengapa? Kok bisa ya? Kita kembalikan lagi kepada frekuensi David R Hawkins. Bersyukur atau menerima itu berada pada frekuensi 350 Hz, yaitu dalam zona energi positif.
Kalau merujuk juga pada ulasan Aisah Dahlan Ketika bersama menjadi narasumber di seminar pendidikan dan parenting yang dilaksanakan oleh Yayasan Pendidikan Daarut Tauhiid Rahmatan lil 'Alamin, bahwa menerima (acceptance) membuat seseorang berapa dalam Nafsu Muthmainnah, yaitu jiwa yang tenang karena keimanan, amal saleh, dan ketaatan kepada Tuhannya.
Pembaca yang kreatif, pada saat kondisi menerima itulah seseorang berada dalam zona ikhlas. "Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram." QS Ar-Ra’d:28. Sehat dan teruslah terinspirasi.
*) Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta.