REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Rusia menembakkan dua peluru kendali ke Ibu Kota Kiev pada Kamis (28/4) ketika Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres sedang berkunjung di Ukraina. Demikian dilaporkan beberapa pejabat Ukraina.
"Roket-roket itu mengguncang sebuah distrik di pusat kota Kiev dan salah satunya menghantam sebuah gedung hunian hingga melukai sedikitnya tiga orang," kata Wali Kota Kiev Vitali Klitschko.
Beberapa saksi mata Reuters melaporkan bahwa mereka mendengar bunyi dua ledakan, namun keterangan soal penyebabnya belum bisa dipastikan. Ledakan-ledakan pada Kamis terdengar tidak lama setelah Guterres selesai melakukan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Kejadian itu menggarisbawahi kekhawatiran bahwa Kiev masih rentan diserang persenjataan berat Rusia."Ada serangan di Kiev ... saya terkejut, bukan karena saya sedang berada di sini tapi karena Kiev adalah kota suci bagi masyarakat Ukraina maupun Rusia," kata Guterres kepada stasiun penyiaran Portugal, RTP, ketika ditanya soal ledakan tersebut.
Belum ada komentar dari Rusia soal rentetan ledakan itu. Zelenskyy meminta semua pihak tak sampai kehilangan kewaspadaan. "Kita jangan menganggap bahwa perang sudah berakhir."
Pembicaraan Guterres dengan Zelenskyy dipusatkan antara lain pada upaya mengevakuasi para petempur dan warga sipil Ukraina yang berlindung di sebuah pabrik baja di Mariupol, kota yang terkepung.
Kota di Ukraina timur itu menjadi target utama penyerbuan Rusia di kawasan Donbas. Presiden Rusia Vladimir Putin, sementara itu, secara prinsip menyetujui keterlibatan PBB dan Palang Merah dalam proses evakuasi pabrik baja.
Persetujuan itu mengemuka dalam pembicaraan terpisah yang dilakukan Guterres dengan Putin pada Selasa (26/4) di Moskow.Para pejabat Ukraina telah menyatakan kekhawatiran bahwa Rusia bermaksud menangkap orang-orang yang masih terjebak di pabrik tersebut. Namun dugaan itu ditepis oleh Moskow.
Rusia pada awal April menarik pasukannya dari dekat Kiev setelah gagal menguasai kota tersebut.Sejak itu, beberapa pejabat tinggi dari Amerika Serikat dan negara-negara sekutu di Eropa telah melakukan kunjungan ke kota tersebut.