REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOL -- Kesempurnaan eksekusi berujung dominasi. Itulah yang terjadi saat Liverpool menjamu Villarreal di laga leg pertama babak semifinal Liga Champions, Kamis (28/4) dini hari WIB.
Semua harapan soal agresivitas dan intensitas permainan serta rencana yang diusung pelatih Juergen Klopp mampu diterjemahkan dengan begitu baik dengan para penggawa Liverpool di atas lapangan. Gaya sepak bola yang diusung Klopp kerap disebut heavy metal football terlihat jelas di atas lapangan.
Gelombang demi gelombang serangan Liverpool dilengkapi dengan penerapan counter press yang apik saat kehilangan bola, membuat Villarreal nyaris tidak bisa bernapas di laga tersebut. Pelatih Villarreal, Unai Emery, pun mengakui kesulitan yang dihadapi anak-anak asuhnya di laga ini.
''Kami ingin meraih kemenangan dan mencoba mengambil kendali laga, tapi mereka tidak membiarkan kami melakukannya. Mereka bahkan tidak bisa membuat kami berlari. Mereka memang layak menang di laga ini,'' ujar Emery seusai laga seperti dilansir laman resmi UEFA, Kamis (28/4).
Liverpool memang menguasai nyaris di semua aspek permainan dalam laga di Stadion Anfield tersebut. Dengan penguasaan bola mencapai 71 persen, the Reds melepaskan melepaskan 20 tembakan dengan lima tembakan tepat ke arah gawang. Sedangkan Villarreal tercatat hanya mampu melepaskan satu tembakan, itu pun tidak tepat mengarah ke gawang.
Hanya butuh waktu kurang dari dua menit buat Liverpool untuk bisa mencetak dua gol sekaligus pada babak kedua. The Reds mulai membuka kebuntuan lewat gol bunuh diri Pervis Estupinan pada menit ke-53. Bola hasil umpan lambung Jordan Henderson dari sisi kiri pertahanan Villarreal berubah arah setelah terkena kaki Estupinan. Bola pun tidak bisa dihalau oleh kiper Geronimo Rulli, yang sudah telanjur salah langkah.
Dua menit berselang, giliran Sadio Mane yang mampu membobol gawang Rulli. Penyerang asal Senegal itu menerima umpan terobosan dari Mohamed Salah, sebelum akhirnya mendorong bola ke gawang Villarreal.
Kemenangan dua gol atas Villarreal ini seolah menegaskan kembali status favorit yang digenggam Liverpool di laga ini. The Reds terlihat tidak mau mengulangi kesalahan Juventus dan Bayern Muenchen, yang menjadi korban Villarreal di fase gugur sebelumnya. Namun, babak semifinal belum sepenuhnya berakhir.
Masih ada leg kedua yang harus dilakoni Liverpool sebelum benar-benar memastikan diri tampil di partai final Liga Champions, yang akan digelar di Paris, Prancis. Setelah menjamu Villarreal di Stadion Anfield, Liverpool akan ganti bertandang ke markas Villarreal, Stadion De La Ceramica, di leg kedua babak semifinal, Rabu (4/5) dini hari WIB.
Tim tuan rumah pun menjanjikan situasi yang berbeda dibanding di leg pertama. Liverpool, kata Emery, tidak akan merasakan kenyamanan yang sama seperti saat tampil di leg pertama. The Yellow Submarine akan memberikan tantangan berbeda buat the Reds saat tampil di depan pendukungnya sendiri di stadio berkapasitas maksimal 25 ribu penonton.
''Kami akan terus menguji mereka. Saya rasa, mereka akan lebih menderita dibanding di laga ini. Sangat penting buat kami untuk melakukan sejumlah perubahan, mungkin dari segi taktik. Kekalahan, 0-2, mungkin tidak terlalu bagus, tapi kami memiliki mimpi untuk melakukan sesuatu di depan pendukung kami,'' jelas pelatih asal Spanyol itu seperti dilansir Sky Sports.
Di sisi lain, Klopp juga tidak mau tergesa-gesa dalam menilai keberhasilan timnya melangkah ke partai final usai mengantongi keunggulan agregat, 2-0, atas Villarreal. Pelatih asal Jerman itu bahkan menilai, timnya belum bisa memastikan raihan hasil apapun dari babak semifinal.
''Kami belum mendapatkan apa-apa. Laga leg kedua akan menjadi sulit buat kami, ditambah dengan atmosfer stadion yang tercipta,'' kata mantan pelatih Borussia Dortmund tersebut.
Dari segi catatan penampilan tandang di babak semifinal, rekor Liverpool tak terlalu membanggakan. Klub asal Merseyside itu setidaknya kebobolan tiga gol saat melakoni laga tandang. Dibekap Chelsea, 3-4, pada musim 2007/2008, Liverpool lalu menyerah, 2-4, di tangan AS Roma pada musim 2017/2018, dan dibungkam Barcelona, 0-3, pada musim 2018/2019.