Jumat 29 Apr 2022 17:22 WIB

Saham Bank-Bank Digital Amblas Sejak Awal Tahun, Ini Beragam Penyebabnya

Analis menyebut antusias investor terhadap bank digital tahun ini cenderung menurun

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja membersihkan dinding dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2022). Perdagangan IHSG ditutup menguat 32,15 poin atau 0,45 persen ke posisi 7.228,91 jelang libur panjang Lebaran 2022
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Pekerja membersihkan dinding dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2022). Perdagangan IHSG ditutup menguat 32,15 poin atau 0,45 persen ke posisi 7.228,91 jelang libur panjang Lebaran 2022

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja saham sejumlah bank digital terus mengalami penurunan sejak awal tahun. PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) merupakan saham yang paling tajam penurunannya yakni sebesar 36,31 persen secara year-to-date (ytd).  

Pada penutupan perdagangan kemarin, Kamis (28/4), saham BBYB parkir di level 1.675. Posisi tersebut sedikit berada di atas level terendahnya sepanjang tahun ini di level 1.600. Selanjutnya saham PT Bank Jago Tbk. (ARTO) menyusul dengan penurunan sebesar 27,19 persen sejak awal tahun. 

Baca Juga

Dalam pekan ini, koreksi saham ARTO bahkan sempat mencapai 4,4 persen. Penurunan tajam juga dialami PT Bank Aladin Syariah Tbk. Sejak awal tahun, saham emiten bersandi BANK ini telah terpangkas sebesar 11,79 persen. Saat ini saham BANK bertengger di posisi 2.020. 

Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan, mengatakan ada beberapa faktor yang membuat daya tarik saham bank digital mulai menurun. Alfred melihat, antusias investor terhadap Bank digital di tahun ini tidak seperti tahun lalu.

"Realisasi performa yang dihasilkan, daya tarik sektor komoditi dan membaiknya performa emiten bank besar yang juga mulai merealisasikan ekspansi ke bisnis bank digital membuat atusias investor terhadap emiten yang mendeklarasikan dirinya sebagai bank digital mengalami penurunan," kata Alfred kepada Republika, Jumat (29/4).

Dari sisi valuasi, menurut Alfred, saham bank digital terbilang mahal. ARTO sempat menyentuh level 19.500 atau memiliki valuasi multiple PBV sebesar 32x. BBHI juga sempat menyentuh level tertinggi 10.250 dengan PBV 91,5x. Sementara BANK menyentuh harga tertinggi di level 3.980 dengan PBV sebesar 50x. 

Dibandingkan bank digital, Alfred menilai, valuasi bank besar konvensional jauh lebih murah. Saham bank buku 4 seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) hanya sebesar 4,4x. Bahkan bank BUMN jauh lebih rendah lagi.

"Spread yang sangat jauh tersebut dan disertai dengan result performa membuat pasar semakin realistis terhadap spread valuasi atau tingginya valuasi bank-bank digital tersebut," terang Alfred.

Faktor lainnya, menurut Alfred, penurunan saham-saham bank digital tersebut sejak awal tahun tidak bisa dipisahkan dari kenaikan yang signifikan sepanjang tahun 2021. Kondisi ini pun memberikan potensi profit taking. Selain itu, banyak juga investor ritel baru yang mendasari pembeliannya tanpa mempertimbangkan indikator-indikator fundamental. 

Vice President Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan, penurunan saham bank digital lebih disebabkan karena aksi ambil untung. Kenaikan harga saham bank digital yang sempat terjadi pada tahun lalu dipengaruhi sentimen prospek peningkatan kinerja baik penjualan, pangsa pasar maupun pendapatan.

Namun setelah emiten merilis laporan keuangan pada tahun ini, investor bisa melihat progres kinerjanya apakah telah sesuai dengan harapan. "Akibatnya sebagian investor memutuskan profit taking atau switching ke sektor lain yang lebih menjanjikan atau sedang naik daun seperti bank konvensional dan komoditas," kata Wawan.

Senior Technical Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, menilai rontoknya saham emiten bank digital dipengaruhi sentimen kenaikan suku bunga. "Secara umum sudah terlihat kalau ada trend kenaikan suku bunga, saham digital pasti rontok. Pekan depan kita menantikan kenaikan suku bunga sebesar 50 bps oleh The Fed," kata Liza. 

Secara teknikal, Liza melihat, saham ARTO masih dalam tren menurun dengan resistance terdekat berada pada garis MA10 di level 12.300-12.350 dan kemudian disusul MA20 pada level 12.900-13.000. 

Saham BANK juga masih berpotensi menurun dengan target M20 dan M50 berada direntang 2.150-2.180. Sementara saham BBHI berada pada tren kenaikan. Dengan target harga sekitar 8.000, support terdekat saat ini berada pada garis MA10/ 6.210.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement