Sabtu 30 Apr 2022 14:18 WIB

Levrov: Lebih 1 Juta Orang Sudah Dievakuasi dari Ukraina ke Rusia

Menurut PBB, lebih dari 5,4 juta orang telah keluari dari Ukraina sejak invasi Rusia.

Red: Nidia Zuraya
Pengungsi dari Ukraina tinggal di dalam pusat akomodasi besar yang didirikan di ruang pameran Global EXPO di Warsawa, Polandia, pada Selasa, 19 April 2022.
Foto: AP/Czarek Sokolowski
Pengungsi dari Ukraina tinggal di dalam pusat akomodasi besar yang didirikan di ruang pameran Global EXPO di Warsawa, Polandia, pada Selasa, 19 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Lebih dari 1 juta orang telah dievakuasi dari Ukraina ke Rusia sejak invasi 24 Februari, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam pernyataan yang rilis pada Sabtu (30/4/2022). Sebanyak 1,02 juta orang, termasuk 120.000 warga asing, telah dievakuasi dari wilayah separatis dukungan Rusia di Ukraina, yang memproklamasikan diri sebagai Republik Rakyat Donetsk dan Republik Rakyat Luhansk. 

Moskow mengakui kemerdekaan kedua wilayah itu sesaat sebelum melancarkan invasi. Menurut data PBB, lebih dari 5,4 juta orang telah menyelamatkan diri dari Ukraina sejak Rusia menggempur negara tetangganya itu.

Baca Juga

Moskow menyebut aksinya sebagai 'operasi khusus' untuk melemahkan kekuatan militer Ukraina dan melenyapkan pengaruh Nazi di sana. Ukraina dan Barat mengatakan Rusia telah memicu perang yang tak berdasar itu.

Lavrov, dalam komentar kepada kantor berita China Xinhua yang diunggah di situs Kementerian Luar Negeri Rusia, mengatakan 2,8 juta orang di Ukraina telah diminta untuk dievakuasi ke Rusia.Ukraina menyebutkan bahwa Moskow mendeportasisecara paksa ribuan orang ke Rusia.

Upaya evakuasi warga sipil dari sejumlah medan pertempuran, seperti kota pelabuhan Mariupol yang dikepung, beberapa kali gagal dan kedua kubu saling menyalahkan.Lavrov mengatakan bahwa jika AS dan NATO "sungguh-sungguh" berniat untuk menyelesaikan krisis Ukraina, mereka harus menghentikan pasokan senjata ke Kiev.

"Dengan menyatakan dukungan kepada rezim Kiev secara terang-terangan, negara-negara NATO melakukan segala upaya untuk mencegah terhentinya operasi melalui kesepakatan politik," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement