REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lippo Group meraih pencapaian kinerja positif dan mencairkan dividen sepanjang 2021 sebagai hasil dari transformasi bisnis yang diinisasi sejak 2019. PT Lippo Karawaci Tbk selaku induk usaha melakukans bisnis dengan menerapkan manajemen portofolio, capital structure atau capital recycling.
Direktur Eksekutif Lippo Group sekaligus CEO Lippo Karawaci John Riady menyampaikan, transformasi bertujuan memperkuat kinerja entitas usaha. Selain itu juga meningkatkan nilai dan memberikan efek positif bagi grup secara keseluruhan.
"Strategi manajemen portofolio ini ikut berkontribusi memupuk keuntungan dan menjaga kinerja jangka panjang korporasi, langkah tersebut berlanjut pada kuartal pertama tahun ini," kata John yang juga menjabat sebagai Presiden Komisaris PT Siloam Hospitals dan komisaris PT Matahari Department Store dalam keterangan tertulis.
Dengan berpijak pada prinsip operational excellence, manajemen bertekad untuk terus melanjutkan program transformasi di tahun-tahun mendatang. Agar kinerja semakin meningkatkan nilai perusahaan dan mencapai pertumbuhan secara berkelanjutan.
Sepanjang 2021, entitas Group Lippo, PT Matahari Department Store membeli kembali hampir sembilan persen dari saham melalui program buyback sebesar Rp 600 miliar. Lippo Group juga melakukan restrukturisasi kepemilikan di PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) pemilik jaringan gerai Hypermart.
Hal itu dilakukan setelah kedatangan Consilium Frontier Equity Fund LP dari Amerika Serikat yang memborong saham MPPA, sehingga kepemilikan Consilum sekitar 7,35 persen.
Memasuki April, Grup Lippo juga melepas saham PT Lippo General Insurance Tbk (LPGI). Gantinya, Hanwha Life asal Korea Selatan menjadi strategic partner baru. Keduanya telah meneken perjanjian jual beli saham bersyarat. Sebelumnya, Lippo Group melepas saham PT Link Net Tbk (LINK) kepada PT XL Axiata Tbk dan Axiata Group senilai Rp 8,72 triliiun.
Aksi korporasi ini merupakan bagian dari strategi konsolidasi dan transformasi yang dilakukan perseroan, dana segar guna investasi masa depan lainnya.
Sebaliknya, Lippo Group melakukan penambahan kepemilikan di PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO). LPKR menambah kepemilikan melalui pembelian 330 juta lembar saham, sehingga kepemilikan bertambah dari 55,4 persen menjadi 57,9 persen.
Sepanjang tahun 2021, Lippo melalui PT Multipolar dan Venturra Capital terus melanjutkan strategi investasi digital dan melakukan investasi di lebih dari 12 perusahaan start-up di Indonesia dan Asia Tenggara, khususnya Vietnam. Menurut John Riady, Group sejauh ini menjalankan dua strategi fundamental, dari sisi operasional dan portofolio. Sehingga mampu melewati masa pandemi, dan secara kinerja Lippo Group justru semakin kuat dan baik.
"Hampir semua kinerja emiten kita sudah baik, perusahaan yang paling terimbas pandemi saja seperti Matahari Department Store, masih bagus sangat baik. Dan kita juga bagi dividen," kata John.
Dia menambahkan dari sekian rencana capital structure telah melancarkan jalan bagi entitas mendapatkan dana untuk ekspansi. Lippo juga terus membuka peluang kolaborasi dan kerja sama untuk penguatan entitas.
Penambahan modal Lippo Group terhadap SILO pun bisa dinilai sebagai bagian strategi portofolio yang sangat matang. Saat ini, sudah banyak konglomerasi yang mengikuti jejak Lippo Group melakukan penetrasi di sektor layanan kesehatan. Terlebih lagi, kinerja SILO telah membuktikan bahwa sektor layanan kesehatan menjadi faktor kunci perekonomian ke depan.
"Sektor kesehatan bersama sektor properti akan menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi ke depan, menjadi lebih penting dibandingkan masa sebelum pandemi, tentunya selain sektor digital," jelas John.
John mengatakan saat ini Group berada pada posisi yang baik untuk mengembangkan hasil 2021 dan melangkah menuju 2022. Secara keseluruhan gambaran kinerja Lippo Group bisa dilihat dari kinerja LPKR. Berdasarkan total aset dan pendapatan, membukukan pendapatan Rp 16,53 triliun selama 2021, tumbuh 38 persen (yoy) dari Rp 11,96 triliun.
Catatan John inipun sejalan dengan realisasi kinerja grup di bawah LPKR. Riset dari Mandiri Sekuritas yang ditulis Robin Sutanto membenarkan dua sektor penting yang menopang laju pertumbuhan kini dan nanti yaitu properti dan layanan kesehatan.
Dalam riset itu, Robin menyampaikan bahwa realisasi pendapatan LPKR pada 2021 merefleksikan 113 persen dari target konsensus yang memprediksi pendapatan sebesar Rp 14,58 triliun. Pendapatn LPKR pada 2021 melampaui proyeksi konsensus analis.
"Selain bisnis di sektor properti hunian dan layanan kesehatan, kami juga melihat peningkatan kinerja mal, hotel, dan bisnis LPKR lainnya pada akhir 2021," kata Robin.