Ahad 01 May 2022 07:40 WIB

Menlu Rusia Sebut Pencabutan Sanksi Jadi Syarat Damai dengan Ukraina

Negosiasi damai Rusia dan Ukraina terus dilakukan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
 Sebuah bangunan yang rusak berat oleh beberapa pemboman Rusia berdiri di dekat garis depan di Kharkiv, Ukraina, Senin, 25 April 2022. Diskusi menuju perdamaian antara Rusia dan Ukraina terus dilakukan dengan salah satu syarat pencabutan sanksi yang dikenakan pada Rusia.
Foto: AP/Felipe Dana
Sebuah bangunan yang rusak berat oleh beberapa pemboman Rusia berdiri di dekat garis depan di Kharkiv, Ukraina, Senin, 25 April 2022. Diskusi menuju perdamaian antara Rusia dan Ukraina terus dilakukan dengan salah satu syarat pencabutan sanksi yang dikenakan pada Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan diskusi menuju perdamaian terus dilakukan dengan salah satu syarat pencabutan sanksi yang dikenakan pada Rusia. Negosiator senior Ukraina Mykhailo Podolyak membantah bahwa pencabutan sanksi tidak menjadi pembahasannya.

"Saat ini, delegasi Rusia dan Ukraina sebenarnya mendiskusikan setiap hari melalui konferensi video rancangan kemungkinan perjanjian," kata Lavrov dalam komentarnya kepada kantor berita resmi Cina Xinhua yang diterbitkan di situs web Kementerian Luar Negeri Rusia pada Sabtu (30/4/2022).

Baca Juga

Menurut Lavrov, Moskow mendukung untuk melanjutkan negosiasi, meskipun itu sulit. "Agenda pembicaraan termasuk, antara lain, masalah denazifikasi, pengakuan realitas geopolitik baru, pencabutan sanksi, status bahasa Rusia," kata Lavrov tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Dalam pernyataan yang dikutip oleh kantor Presiden Volodymyr Zelenskiy, Podolyak mengatakan, masalah sanksi internasional global terhadap Federasi Rusia tidak dibahas sama sekali dalam kerangka negosiasi Rusia-Ukraina. "Ini untuk semua mitra kami, bersama dengan Ukraina, untuk memutuskan keputusan apa yang harus diambil mengenai sanksi, dan kapan," katanya.

Podolyak menolak dengan mengatakan Lavrov tidak menghadiri satu putaran negosiasi. Dia menyatakan Ukraina tidak membutuhkan pelajaran dalam denazifikasi atau penggunaan bahasa Rusia dalam upaya menyerang dan menduduki kota-kota Ukraina.

Zelenskiy telah bersikeras sejak invasi dimulai pada 24 Februari bahwa sanksi Barat terhadap Rusia perlu diperkuat dan tidak dapat menjadi bagian dari negosiasi. Kiev memperingatkan sebelumnya bahwa pembicaraan untuk mengakhiri invasi Rusia, sekarang di bulan ketiga, berada dalam bahaya.

Hingga saat ini belum ada pembicaraan damai tatap muka kembali sejak 29 Maret. Suasana pun memburuk karena tuduhan Ukraina bahwa pasukan Rusia melakukan kekejaman saat mereka mundur dari daerah dekat Kiev dan klaim itu telah dibantah Rusia.

Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai operasi khusus untuk mendemiliterisasi tetangganya dan menyingkirkan nasionalisme ekstrim anti-Rusia yang dikobarkan oleh Barat. Ukraina dan Barat mengatakan Rusia melancarkan perang agresi yang tidak beralasan.

Sekutu Barat Ukraina telah membekukan sekitar setengah dari emas negara bagian Moskow dan cadangan mata uang asing. Ditambah lagi pemberlakuan pembatasan ketat pada perdagangan dengan Rusia, sehingga memukul ekonomi negara itu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement