REPUBLIKA.CO.ID, BELGRADE -- Serbia secara terbuka menampilkan sistem rudal anti-pesawat asal Cina pada Sabtu (30/4/2022). Sistem permukaan-ke-udara HQ-22 yang canggih dikirim bulan lalu oleh selusin pesawat angkut Angkatan Udara Cina Y-20 dan dinilai sebagai pengiriman senjata Cina ke Eropa melalui udara terbesar yang pernah ada.
Serbia adalah operator pertama rudal Cina di Eropa. Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan di akhir pameran senjata di bandara militer dekat Beograd, bahwa rudal Cina, serta perangkat keras militer lainnya yang baru saja dikirim, bukanlah ancaman bagi siapa pun. Persenjataan itu hanya mewakili pencegah yang kuat terhadap penyerang potensial.
"Kami tidak akan lagi membiarkan siapa pun menjadi karung tinju," kata Vucic mengacu pada pemboman 78 hari NATO atas Serbia atas tindakan keras berdarahnya terhadap separatis Kosovo Albania pada 1999.
Serbia yang berperang dengan tetangganya pada 1990-an tidak mengakui kemerdekaan Kosovo yang dideklarasikan pada 2008. Negara itu puh masih memiliki hubungan yang dingin dengan anggota NATO Kroasia, Montenegro, dan Bosnia.
Meskipun Serbia secara resmi mencari keanggotaan di Uni Eropa (UE), Serbia sebagian besar telah mempersenjatai diri dengan senjata Rusia dan Cina. Kedua negara itu memasok tank tempur T-72, jet tempur MiG-29, helikopter serang Mi-35, dan drone.
Kembali pada 2020, pejabat AS memperingatkan Serbia agar tidak membeli sistem rudal HQ-22 yang versi ekspornya dikenal sebagai FK-3. Mereka mengatakan bahwa jika Serbia benar-benar ingin bergabung dengan UE dan aliansi Barat lainnya, harus menyelaraskan peralatan militernya dengan standar Barat.
Sistem rudal Cina telah banyak dibandingkan dengan Patriot milik AS dan sistem rudal permukaan-ke-udara S-300 milik Rusia. Meskipun senjata asal Beijing itu memiliki jangkauan yang lebih pendek daripada S-300 yang lebih canggih.
Vucic mengatakan Serbia juga sedang merundingkan pembelian jet serba guna Dessault Rafale dari Prancis dan pesawat tempur Eurofighter Typhoon milik Inggris. Dia mengatakan hanya rintangan politik yang dapat mencegah pembelian pesawat Barat.