Ahad 01 May 2022 09:00 WIB

Iktikaf UMM Tekankan Penguatan Spiritual Sivitas Akademika

Kegiatan iktikaf menjadi bagian Syiar Ramadhan UMM.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan rangkaian agenda iktikaf yang dilaksanakan di Masjid AR Fachruddin UMM.
Foto: Dok. Humas UMM
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan rangkaian agenda iktikaf yang dilaksanakan di Masjid AR Fachruddin UMM.

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sepuluh hari terakhir Ramadhan, umat Muslim dianjurkan memperbanyak ibadah dan kebaikan. Salah satunya melalui aktivitas iktikaf.

Melihat akan hal itu, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengadakan rangkaian agenda iktikaf yang dilaksanakan di Masjid AR Fachruddin UMM. Adapun acara yang dilaksanakan di sepuluh hari terakhir ini dibagi menjadi empat kelompok.

Antara lain, iktikaf dosen laki-laki, dosen perempuan, karyawan laki-laki, dan karyawan perempuan. Ketua Panitia Itikaf UMM, Muhammad Edi Sucipto menjelaskan, acara ini sudah menjadi tradisi UMM selama Ramadhan setiap tahun. Namun pelaksanaannya sedikit berbeda dibandingkan dengan tahun lalu.

Jika Ramadhan sebelumnya para peserta diharuskan menginap, kali ini mereka hanya mengikutinya sampai jam sebelas malam.  Agenda yang disiapkan juga berfokus pada diskusi terpumpun serta penguatan spiritual.

Menurut dia, kegiatan itikaf penting dilakukan karena menjadi bagian dari Syiar Ramadan UMM. "Ini juga kami nilai sebagai bentuk follow akan materi-materi yang sudah disampaikan di Baitul Arqam,” jelasnya.

Edi menambahkan, kegiatan ini juga diisi FGD di mana iktikaf ini membahas terkait masalah-masalah yang biasa warga Muslim hadapi. Untuk memperkuat agenda tersebut, setiap kelasnya akan dibimbing dan didampingi oleh seorang instruktur.

Setelah berdiskusi, Edi melihat akan banyak pertanyaan yang muncul terkait isu yang dibahas. Salah satu contohnya yakni kasus perbedaan tanggal awal Ramadhan maupun Idul Fitri.

Setelah sesi pleno dengan pemateri, acara ini ditutup dengan tadarus dan tadabur Alquran. Hal ini dilakukan sebagaimana pembelajaran pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, yang sering mengkaji dan mengamalkan Alquran.

Pria asli Tuban ini berharap, agenda ini bisa terus dilanjutkan pada bulan Ramadhan tahun-tahun berikutnya. Apalagi melihat antusiasme peserta juga tinggi. Bahkan beberapa juga menginginkan ada agenda serupa di luar Ramadhan.

Dengan begitu, mereka bisa dengan mudah mengisi ulang semangat untuk menjadi orang yang lebih baik. Menurut dia, itikaf Ramadhan ini juga bisa digunakan sebagai salah satu forum silaturahmi antar karyawan dan dosen.

"Jadi bisa lebih saling mengenal sehingga lingkungan kerjanya juga ikut membaik dan mampu membangun layanan pendidikan yang baik pula,” ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement