REPUBLIKA.CO.ID, KUWAIT -- Unit yang didukung Kuwait merencanakan beberapa proyek di Pakistan senilai 750 juta dolar AS atau setara Rp 10,87 triliun (kurs Rp 14.494 per dolar AS). Hal itu menandai salah satu investasi yang diusulkan terbesar di negara Asia Selatan dalam beberapa tahun terakhir.
Ketua di Pakistan Kuwait Investment Co Mohammad Al Fares mengatakan, Kuwait Investment Authority Enertech Holding Co dan Pakistan Kuwait Investment Company telah mengajukan permohonan untuk lisensi bank digital dan mengusulkan pabrik hidrogen dan dua kota pintar. Keduanya sudah mengerjakan 200 juta dolar AS pipa air.
Investasi yang diusulkan yaitu keuntungan bagi Pakistan, yang telah melihat investasi asing diredam selama lebih dari satu dekade karena pemadaman energi, terorisme dan ketidakstabilan politik. Gejolak baru-baru ini telah menyebabkan perubahan rezim sementara cadangan devisa negara telah turun menjadi kurang dari dua bulan impor.
Dilansir Bloomberg pada Ahad (1/5/2022), perdana menteri yang baru terpilih Shehbaz Sharif saat ini mengunjungi Arab Saudi yang telah memberikan dukungan pinjaman di masa lalu. Pakistan juga sedang bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional untuk mengeluarkan 3 miliar dolar AS tahun ini.
Al Fares menjelaskan, meski pinjaman telah menjadi stop-gap utama untuk dukungan keuangan, negara telah lama berusaha meningkatkan investasi asing guna mengurangi ketergantungannya pada pinjaman. Enertech dan Perusahaan Investasi Kuwait Pakistan telah membentuk aliansi demi mengeksplorasi peluang di Pakistan.
Hal terakhir ini didirikan pada 1979 oleh pemerintah Pakistan dan Kuwait, dan memegang beberapa investasi termasuk 30 persen saham di Meezan Bank Ltd. Bank tersebut memiliki pertumbuhan tercepat di Pakistan berdasarkan deposito.